REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Cina meminta Inggris tidak mendiskriminasi perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam pengembangan teknologi jaringan 5G. Mereka juga meminta Inggris untuk tidak bersedia ditekan negara lain agar tidak berkerjasama dengan perusahaan teknologi Huawei.
Perusahaan peralatan telekomunikasi Huawei tengah berada dalam pengawasan dunia. Terutama setelah Amerika Serikat (AS) memberitahu sekutu-sekutunya untuk tidak menggunakan perusahaan tersebut karena khawatir teknologi mereka menjadi kendaraan bagi pemerintah Cina untuk memata-matai warga negara lain.
Huawei sudah membantah dengan tegas tuduhan AS tersebut. Salah satu sumber mengatakan pada hari Rabu (24/4) lalu Badan Dewan Keamanan (NSC) Inggris sudah memutuskan untuk melarang Huawei terlibat dalam bagian inti proyek jaringan 5G dan memperketat akses mereka ke proyek-proyek yang bukan proyek inti.
Dalam tulisannya di surat kabar Sunday Telegraph, duta besar Cina untuk Inggris Liu Xiaoming berusaha membela Huawei. "Hal terakhir yang dibutuhkan dunia adalah membuat langkah diskriminatif terhadap perusahaan yang terlibat dalam pengembangan teknologi jaringan 5G," tulis Liu, Ahad (28/4), dikutip dari Reuters.
Ia menulis Huawei memiliki rekam jejak yang baik dalam bidang keamanan. Dengan tajam Liu juga menulis Inggris harus membuat keputusan secara mandiri dan yang sesuai dengan kepentingan nasional mereka.
"Hal terakhir yang Cina harapkan dari 'Inggris global' yang adil dan benar-benar terbuka adalah lapangan bermain yang tidak bermutu," tambahnya.
Liu mengatakan kekhawatiran ancaman keamanan dalam pengembangan teknologi jaringan 5G dapat dipahami. Tapi persoalan tersebut dapat diatasi.
"Risiko harus ditanggapi dengan serius tapi tidak berarti risiko dibiarkan memicu ketakutan, risiko-risiko itu dapat diatasi, asalkan negara dan perusahaan bekerja sama," katanya.