Senin 29 Apr 2019 06:30 WIB

Buwas: Pengalihan Bansos Rastra ke BPNT Rugikan Bulog

Saat ini stok beras di gudang Perum Bulog sudah mencapai lebih dari 2 juta ton

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Pekerja mendata jumlah karung beras untuk Rakyat Sejahtera (Rastra) di gudang Perum Bulog.  Ilustrasi
Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Pekerja mendata jumlah karung beras untuk Rakyat Sejahtera (Rastra) di gudang Perum Bulog. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, keputusan pemerintah untuk mengalihkan tugas penyediaan bantuan sosial beras sejahtera (Rastra) ke pasar bebas akan merugikan Perum Bulog. Sebab, outlet penyaluran beras yang sudah diserap Perum Bulog berkurang signifikan.

Buwas, panggilan akrab Budi Waseso, sempat menyayangkan keputusan tersebut. Menurutnya, kegiatan bansos rastra merupakan kegiatan pemerintah atau negara. Oleh karena itu, seharusnya, yang melakukan penyediaan adalah negara atau dalam hal ini adalah Perum Bulog.

Baca Juga

Tapi, Kementerian Sosial menyerahkannya kepada pasar bebas dalam bentuk Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Keputusan ini dinilai Buwas membuat kegiatan tersebut tidak lagi jadi monopoli pemerintah.

"Saya tidak tahu latar belakangnya, namun apapun keputusan negara, harus kami lakukan," ujarnya ketika ditemui Republika dalam perayaan ulang tahun Bulog ke-52 di Jakarta, akhir pekan kemarin.

Dengan semakin kecilnya outlet penyaluran, Buwas mengaku, tantangan Perum Bulog pada tahun ini semakin besar. Sebab, di sisi lain, pihaknya harus terus melakukan penyerapan beras dan gabah untuk menjaga stok cadangan beras pemerintah (CBP) di kisaran 1 hingga 1,5 juta ton. Kondisi saat ini, stok di gudang Perum Bulog sudah mencapai lebih dari 2 juta ton, sehingga akan rawan terhadap kualitas.

Buwas menjelaskan, apabila kualitas beras rendah, mereka tidak akan dapat digunakan dan kondisi ini merugikan Bulog dari segi materil. Selama ini, Bulog masih menggunakan anggaran pinjam dengan bunga komersil untuk menyerap dan menyimpan gabah ataupun beras. "Kalau stok sekian banyak tidak dapat dijual, ini jadi ancaman Bulog ke depan," ucapnya.

Oleh karena itu, Perum Bulog kini semakin fokus mengejar sisi komersial. Memasuki usia ke-52, Perum Bulog membuat lima produk unggulan yang dapat dijual ke masyarakat luas. Produk yang dirilis pada Sabtu malam itu adalah beras mentik wangi susu, beras merah, beras hitam, beras ketan dan beras anak daro.

Buwas menyebutkan, bukan pekerjaan mudah bagi Perum Bulog untuk masuk ke ranah komersial karena harus berhadapan dengan kompetitor yang sudah terlebih dahulu mengausai pasar. Perum Bulog harus mampu membaca dengan jeli peluang yang ada sembari melakukan inovasi dan meningkatkan kualitas produksi dalam negeri.

Salah satu inovasi yang disebut Buwas adalah memanfaatkan bekatul sebagai produk pangan untuk manusia. Menurutnya, bekatul memiliki serat dan kandungan gizi tinggi apabila diolah secara maksimal. "Tentunya, bekatul itu harus higienis dan melalui proses yang bagus," ucapnya.

Perum Bulog masih akan menyalurkan beras untuk program rastra sampai bulan ini dengan total dari Januari adalah 213 ribu ton. Sebelumnya, menurut catatan Bulog, sepanjang tahun lalu, penyaluran bansos rastra mencapai 1,2 juta ton yang berasal dari pengadaan beras Bulog sebanyak 3,2 juta ton setara beras. Hingga akhir tahun 2018, stok beras CBP sebanyak 2,1 juta ton setara beras.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement