Senin 29 Apr 2019 07:28 WIB

The Cranberries Rilis Album Pamungkas Bersama O'Riordan

The Cranberries merilis album pamungkas dan mengucap selamat tinggal

Rep: Farah Noersativa/ Red: Christiyaningsih
The Cranberries.
Foto: EPA
The Cranberries.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBLIN -- Band rock Irlandia, The Cranberries berpamitan dan mengucap selamat tinggal lewat album terakhirnya yang dirilis Jumat (26/4) pekan lalu. Album itu merupakan sebuah tribut yang ditujukan kepada vokalis mereka Dolores O'Riordan yang meninggal tahun lalu.

Dilansir CNA Lifestyle, album yang bertajuk In The End itu merupakan album kedelapan yang direkam di studio oleh The Cranberries. Band yang melejit pada awal 1990-an itu merilis lagu-lagu, termasuk rekaman terakhir yang dilakukan oleh O’Riordan sebelum dia meninggal dunia karena keracunan alkohol pada Januari 2018 lalu.

Baca Juga

Album dikerjakan selama tur band yang terkenal dengan lagu Zombie itu pada 2017 lalu. Selama musim dingin 2017, O’Riordan dan sang gitaris Neil Hogan menulis dan menyanyikan 11 lagu.

Hal itu meyakinkan para penggemar bahwa pengisi suara vokal pada lagu ini masih tetap O’Riordan di mana suaranya telah direkam terlebih dahulu bersama dengan sang gitaris, Hogan. Pembetot bas Mike Hogan dan drummer Fergal Lawler menyelesaikan album sebagai penghormatan kepadanya.

"Ketika kami menyadari betapa kuatnya lagu-lagu itu, itu adalah faktor penentu benar-benar... Tidak ada gunanya...mencoba untuk merusak warisan band. Jelas sekali bahwa Dolores ingin album ini selesai karena ketika kamu mendengar album itu, kamu mendengar lagu dan seberapa kuat mereka, dan dia sangat, sangat bersemangat untuk masuk dan merekam ini,” kata Noel Hogan dalam sebuah wawancara.

The Cranberries dibentuk di Limerick pada 1989 dengan penyanyi lain. O'Riordan menggantikannya setahun kemudian. Hal itu membuat grup band rock ini kemudian menjadi band rock terlaris Irlandia setelah U2. Sepanjang kariernya The Cranberries menjual lebih dari 40 juta rekaman.

O'Riordan, yang dikenal karena suaranya yang khas, menyanyikan lagu-lagu mengenai sebuah  hubungan atau bahkan bertemakan kekerasan politik. Perempuan itu meninggal dunia saat berusia 46 tahun.

"Dia sebenarnya berada di tempat yang cukup baik secara mental. Dia merasa cukup puas dan kuat dan menantikan fase baru dalam hidupnya. Banyak lirik di album ini adalah tentang hal-hal yang berakhir... orang mungkin membacanya secara berbeda tetapi itu adalah fase kehidupan pribadinya yang dia bicarakan,”  kata Lawler.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement