Senin 29 Apr 2019 07:53 WIB

Bulog Meluncurkan Tujuh Produk Pangan Inovatif

Budi Waseso optimistis, Indonesia tidak akan lagi impor beras sampai akhir 2019.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: EH Ismail
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (kanan) menerima buku saat peringatan HUT ke-52 Bulog di Jakarta, Sabtu (27/4). Selain peluncuran tujuh produk unggulan Bulog, acara juga menampilkan pagelaran wayang kulit bersama Ki Warseno Slenk.
Foto: Wihdan/Republika
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (kanan) menerima buku saat peringatan HUT ke-52 Bulog di Jakarta, Sabtu (27/4). Selain peluncuran tujuh produk unggulan Bulog, acara juga menampilkan pagelaran wayang kulit bersama Ki Warseno Slenk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog menyelenggarakan Pesta Rakyat dalam rangka merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-52 di Kantor Perum Bulog Divisi Regional DKI, Kelapa Gading, Jakarta, Sabtu (27/4) malam. Dalam acara ini, Perum Bulog mengadakan bazaar, hiburan musik, dan pagelaran budaya wayang kulit yang digelar hingga dini hari.

Tidak hanya pegawai Bulog yang antusias, masyarakat sekitar juga terlihat bersemangat untuk menyaksikan pertunjukan wayang oleh Ki Warseno Slenk. Sejak pukul 19.00 WIB, mereka sudah datang berbondong-bondong ke area halaman kantor Perum Bulog. Tidak sedikit di antara mereka turut membawa anak dan kerabat. 

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, acara pertunjukan wayang kulit merupakan salah satu upaya Perum Bulog sebagai bagian dari BUMN dalam melestarikan budaya Indonesia. “Ini salah satu kepedulian kami terhadap seni budaya yang hampir punah, terutama di kalangan generasi muda,” katanya. 

Budi pun mengajak karyawan Perum Bulog, terutama mereka yang masih muda, untuk menikmati pertunjukan wayang sampai selesai. Sebab, cerita wayang memiliki filosofi yang bagus untuk pedoman hidup dan kerja.

Budi menjelaskan, wayang merupakan adat istiadat seperti ruwat atau membersihkan diri dari hal-hal yang dapat menghambat tugas manusia. Oleh karena itu, ia berharap, pegawai Bulog tidak sekadar menonton dan menyaksikan, tetapi juga berupaya mengambil pesan dalam cerita wayang serta memahaminya. “Kemudian, diimplementasikan di kehidupan sehari-hari,” ucapnya. 

Banyak harapan yang disampaikan Budi dalam penyelenggaraan HUT Bulog kali ini. Salah satu yang ditekankan adalah kolaborasi lintas generasi. Ia mengajak seluruh karyawan Bulog, baik yang masih aktif maupun senior atau sudah purnatugas, untuk bersatu padu dan bersinergi. 

Berbekalkan pengalamannya, karyawan senior dapat mengamati dan memberikan saran yang harus dilakukan pada manajemen sekarang. Adapun pegawai muda atau mereka yang masih aktif, dapat menyaring saran tersebut. Kolaborasi ini diharapkan Budi dapat membantu Perum Bulog terus menjalankan amanahnya sebagai pemegang kendali masalah pangan di Indonesia. 

Selain itu, Budi juga menyampaikan pesan mengenai perbedaan. Menurut dia, perbedaan bukanlah hal yang patut menjadi sumber pertentangan atau perselisihan, melainkan dapat dilihat sebagai keindahan. Kekompakan harus terus dijaga agar Perum Bulog dapat terus memberikan manfaat secara luas kepada masyarakat. 

Tidak kalah penting, Budi pun menyerukan kepada seluruh pegawai Perum Bulog untuk konsentrasi dengan pangan. Ia berupaya menekankan kepada seluruh jajarannya untuk terus eksis dan membuktikan Indonesia tidak perlu lagi impor beras di masa mendatang. “Dengan begitu, harga diri bangsa melalui Bulog dapat terwujud,” kata Budi Waseso. 

Budi berterima kasih kepada kantor divre-divre Bulog di seluruh daerah yang sudah fokus dalam penyerapan gabah dan beras. Ia optimistis, sampai akhir 2019, Indonesia tidak akan lagi impor beras. Bahkan, Perum Bulog akan membuktikan bahwa Indonesia telah surplus beras dan akan mampu ekspor ke berbagai negara. 

 

Tujuh produk inovatif

Pada malam Pesta Rakyat tersebut, Perum Bulog juga mempersembahkan tujuh produk baru nan inovatif. Lima di antaranya adalah produk beras lokal unggulan, yakni beras mentik wangi susu, beras merah, beras hitam, beras ketan, dan beras anak daro. Empat produk pertama dikemas dengan merek Caping Emas, sedangkan beras anak daro dikemas dalam merek Suntiang. 

Selain itu, Perum Bulog juga merilis dua produk turunan, yaitu ikan bandeng cabut duri yang berasal dari Tarakan, Kalimantan Utara, dengan merek kemasan IkanKITA. Produk kedua, bekatul siap seduh, yang diproduksi dalam merek BekatulKITA. 

Ketujuh produk unggulan tersebut selanjutnya akan dijual di wilayah DKI Jakarta sebagai tahap awal. Kecuali untuk produk IkanKITA, produk pangan dalam kemasan itu akan dijual di Balikpapan dan Tarakan. Pengembangan produk pangan unggulan berkualitas dan produk turunan ini terus dilakukan untuk menambah keragaman produk dan menambah nilai tambah produk Perum Bulog.

Dalam usia ke-52, Budi berharap Perum Bulog akan terus melakukan perbaikan. Sebab, Perum Bulog adalah pemegang amanah besar yang diberikan bangsa Indonesia. “Tahun 2018 harus jadi pembelajaran kita untuk tahun ini, begitu pun seterusnya. Sehingga, tahun demi tahun, usia semakin bertambah dan kita dapat semakin lebih baik sebagai sebuah lembaga atau institusi,” kata Budi Waseso.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement