REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Sopir angkutan kota (angkot) di Medan mengeluhkan menurunnya pendapatan akibat berkurangnya penumpang. Hal tersebut merupakan dampak dari berkembangnya angkutan berbasis daring.
Hendrik, salah seorang sopir angkutan kota, mengatakan hadirnya transportasi berbasis daring, seperti Grab dan Gojek, sangat berdampak pada pendapatannya. Ia mendapati penumpang lebih banyak memilih angkutan berbasis daring yang banyak menawarkan potongan harga.
"Terus terang saja kami sangat susah sekarang ini, karena pendapatan terus menurun. Penumpang lebih banyak memilih naik grab atau ojek. Mau bagaimana lagi itulah kenyataan hidup yang harus kami jalani," ujarnya di Medan, Senin.
Akibat minimnya penumpang, bahkan terkadang Hendrik kesulitan memenuhi setoran kepada pemilik kendaraan. Ia pun lebih memilih menunggu penumpang di stasiun.
"Daripada jalan terus tapi nggak dapat penumpang, minyak pun habis. Mending tunggu di stasiun saja, sudah ada penumpang baru berangkat," katanya.
Dampak yang sama juga dirasakan oleh Sabri, pengendara becak bermotor. Ia mengatakan sejak kehadiran angkutan berbasis daring, pendapatannya berkurang.
"Pernah dari pagi sampai malam aku menarik becak, tak satu pun dapat penumpang. Menangis dalam hati, tapi mau bagaimana lagi. Tapi untungnya aku bawa becak sendiri jadi nggak perlu pikirkan setoran, cuma mikirkan minyak saja," jelasnya.
Transportasi daring mulai hadir di Medan sejak 2017. Keberadaannya berulang kali ditentang dengan unjuk rasa oleh penarik becak bermotor dan sopir angkutan umum.