REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) mengirimkan 27 orang guru dan tenaga kependidikan madrasah ke Korea Selatan untuk mengikuti kursus singkat (short course). Mereka akan berada di Negeri Gingseng itu selama delapan hari ke depan untuk berinteraksi dan berbagi pengalaman serta pengetahuan dengan sesama pendidik.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag Kamaruddin Amin menuturkan, kegiatan tersebut merupakan bentuk penghargaan bagi para guru dan tenaga kependidikan (GTK). Mereka termasuk pengajar di sejumlah madrasah berprestasi pada 2017 dan 2018 lalu.
"Melalui short course, Ditjen Pendis (Pendidikan Islam) berupaya memberikan penghargaan bagi guru dan tenaga kependidikan yang telah berjuang memajukan lembaga pendidikan," ujar Kamaruddin Amin dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Senin (29/4).
Ia pun meminta para peserta kegiatan itu untuk mendalami metode pendidikan di Korea Selatan secara kritis. Menurutnya, tidak semua pola pendidikan yang baik di luar negeri dapat diterapkan di Tanah Air. Tentunya, akan ada pelbagai penyesuaian dengan karakteristik umum peserta didik di Indonesia.
"Tidak semua pola pendidikan di negara maju, bisa diterapkan dan sesuai dengan karakter negara kita," ujar Kamaruddin.
Sebagai contoh, lanjut dia, para guru dinilai mesti mampu menumbuhkan rasa ingin tahu (curiosity) peserta didik. Dengan begitu, daya nalar kritis mereka dapat tergali. Adanya studi banding ke luar negeri diharapkan dapat memperkaya pengalaman para guru itu, untuk kemudian mereka menerapkannya kepada murid-murid di Tanah Air.
Kamaruddin juga mengingatkan bagi tiap guru untuk menciptakan suasana yang kondusif dan berkelanjutan. Hal itu supaya para peserta didik kian cinta belajar.
Sementara itu, Direktur GTK Madrasah Kemenag Suyitno mengatakan, short course ini akan mengunjungi Seoul National University di ibu kota Korea Selatan. Kunjungan itu menjadi bagian dari upaya Kemenag meningkatkan wawasan kolaboratif, pengetahuan, dan keterampilan kepemimpinan madrasah bagi para guru.
Cara ini juga diharapkan cukup efektif dalam meningkatkan pembinaan karier pendidik dan tenaga kependidikan. "Pelajari best practice sistem pendidikan di Korea Selatan untuk referensi peningkatan pendidikan madrasah tempat Bapak/Ibu mengajar," ujar Suyitno kepada peserta.
Dia berpesan, peserta harus memaksimalkan waktu yang sangat singkat ketika mengikuti short course di Korsel. Menurutnya, yang paling penting adalah membangun komunikasi intensif dengan narasumber maupun pihak lembaga pasca kegiatan.
"Serap ilmu yang banyak dan membangun komunikasi jejaring dengan para pengajar di Korsel. Selain itu ketika sudah pulang, guru harus mendesiminasikan keilmuan atau pengalaman yang didapat dari Korea ketika sudah berada di lingkungan madrasah masing-masing," lanjutnya.