REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG— Ulama dari Kota Gaza Palestina bernama Syekh Lo'ay Ahmad Rashid El-najjar mengaku sejak kecil bermimpi dan ingin mengunjungi Indonesia.
"Atas ridha Allah saya bisa datang ke Indonesia pada usia 49 tahun sekarang ini, saya bersyukur karena keinginan sejak kecil ini dapat terwujud," kata Syekh Lo'ay Ahmad Rashid El-najjar kepada Antara di Palembang, Senin (29/4).
Syekh Lo'ay Ahmad Rashid El-najjar datang ke Indonesia didampingi organisasi kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) untuk mengunjungi berbagai daerah di Sumsel guna menggalang bantuan serta membagikan informasi terkini Palestina.
Mimpinya ke Indonesia sempat nyaris pupus karena dia sebagai penduduk asli Gaza dihalangi tentara Israel keluar dari Palestina, namun setelah bernegosiasi akhirnya dia berhasil terbang ke Indonesia pada akhir Maret 2019.
Keinginannya berkunjung terdorong dari kepedulian Indonesia terhadap bangsa Palestina yang tidak henti-hentinya mengirimkan bantuan kemanusiaan serta terus mendukung kemerdekaan Palestina.
Apalagi menurutnya, dari semua bantuan seluruh negara di dunia, 80 persen berasal dari Indonesia dan paling banyak terdapat di Kota Gaza, bantuan-bantuan tersebut membuat bangsa Palestina mencintai serta mulai mempelajari banyak hal tentang Indonesia.
"Satu pekan lalu Indonesia membangun masjid dan rumah sakit di Palestina, semua rakyat kami bersyukur karena fasilitas kesehatan merupakan kebutuhan dasar di sana," ujar Syekh Lo'ay.
Selain itu Indonesia dianggapnya indah dalam banyak hal seperti keramahan masyarakatnya, warganya yang murah senyum, kesantunan akhlak dan sikap menghargai perbedaan yang lebih baik dibanding negara lain.
"Saat saya kembali lagi ke Gaza, saya akan menyalurkan bantuan serta menceritakan kepada siapa saja bahwa tidak ada hal lain yang saya lihat di Indonesia kecuali kebaikan dan kebaikan, saya doakan agar Indonesia selalu damai," lanjutnya.
Sementara Kepala ACT Sumsel Ardiansyah, mengatakan program roadshow ulama-ulama asal Palestina ke berbagai wilayah di Sumsel sudah berjalan rutin selama dua tahun.
"Program ini sebagai ikhitar ACT untuk membangkitkan kepedulian masyarakat bahwa masih ada saudara-saudara kita yang terbelenggu di Palestina dengan mendatangkan langsung ulama dari Palestina," jelas Ardiansyah.
Di Palestina, kata dia, ACT tengah membangun apartemen bagi pengungsi dan menghadirkan listrik untuk penerangan, semua dana pembangunan merupakan donasi dari masyarakat yang dipercayakan kepada ACT selama ini.
Selain itu, bantuan dari masyarakat yang terkumpul akan direalisasikan untuk program lainnya, seperti kapal kemanusiaan, kapal Ramadhan dan paket-paket logistik bagi warga kurang mampu selama Bulan Ramadhan.
ACT adalah organisasi nirlaba profesional yang memfokuskan kerja-kerja kemanusiaan pada penanggulangan bencana mulai fase darurat sampai dengan fase pemulihan setelah bencana. Organisasi ini sudah sejak lama memiliki kepedulian terhadap Palestina.