REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Klub Lazio lolos dari hukuman bertanding tanpa penonton setelah pendukung mereka melakukan pelecahan rasial. Aksi ini dilakukandua pemain tuan rumah AC Milan pada pertandingan leg kedua semifinal Coppa Italia di San Siro, Milan, dua pekan lalu.
Dikutip dari Reuters, Senin (29/4), pengadilan disiplin Liga Italia menyatakan, Lazio harus menggelar satu pertandingan kandang di Stadion Olimpiade tanpa kehadiran penonton hanya jika ada insiden berulang dalam musim depan.
Pengadilan itu mengatakan dua pemain AC Milan, Tiemoue Bakayoko dan Franck Kessie menjadi sasaran pelecehan rasial sebelum dan selama pertandingan dari hampir semua 4.000 pendukung Lazio pada laga tandang. Dikatakan bahwa nyanyian tersebut dapat didengar oleh semua orang di stadion.
Lazio, yang mengalahkan Milan 1-0 untuk lolos ke final melawan Atalanta, menyalahkan elemen-elemen terisolasi atas insiden tersebut.
Namun, direktur olahraga Milan, Leonardo Araujo mengatakan setelah pertandingan bahwa itu "konyol" jika wasit tidak menghentikan pertandingan.
"Ada seribu alasan untuk menghentikan pertandingan," katanya kepada Gazzetta dello Sport. "Dengan aturan baru, tidak perlu menunggu putaran kedua atau ketiga teriakan penonton, yang pertama cukup bagi tim ke tengah lapangan dan membuat pengumuman."
"Dalam kasus lebih banyak teriakan penonton, pertandingan harus dihentikan tanpa batas waktu. Tapi tidak ada yang tindakan. Semua orang mendengar penghinaan rasial dan suara-suara (menirukan) monyet."
Sebelum pertandingan, sekelompok penggemar Lazio tertangkap kamera di pusat kota sambil membawa spanduk yang menghormati Benito Mussolini. Mussolini yang bernama lengkap Benito Amilcare Andrea Mussolini adalah seorang politisi Italia dan menjadi diktator pada periode 1922-1943. Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai fan Lazio.