REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan suci Ramadhan merupakan kesempatan yang amat luas bagi umat Islam untuk meraih pahala dan keberkahan. Di dalamnya, begitu banyak amal ibadah, baik yang sunah maupun wajib, yang nilai kebaikannya dilipatgandakan. Selain itu, berbagai acara islami biasanya marak digelar dalam suasana Ramadhan.
Di sisi lain, Ramadhan tak berarti absennya peluang mengerjakan keburukan. Dalam konteks ini, teringat suatu sabda Rasulullah Muhammad SAW. Yakni, "Apabila bulan Ramadhan datang, maka pintu-pintu surga akan dibukakan, dan pintu-pintu neraka akan ditutup, serta setan-setan akan dibelenggu. Hadis tersebut diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim.
Maka dari itu, dapat timbul pertanyaan. Mengapa kejahatan dan kemaksiatan masih tampak, sekalipun setan-setan dibelenggu? Terkait itu, para ulama memberikan tafsir atas kata-kata Nabi SAW itu.
Maksud belenggu itu tak secara harfiah berarti 'rantai.' Maknanya, setan-setan tak lagi leluasa dalam menggoda manusia selama Ramadhan. Sebab, pada umumnya orang-orang yang beriman sedang sibuk berpuasa seharian di bulan tersebut. Adapun pada malam harinya, mereka gemar berzikir, shalat sunnah, dan membaca Alquran. Kemudian, lanjut pada sahur dan kembali berpuasa keesokan harinya. Rutinitas itu yang membatasi ruang gerak setan bila dibandingkan dengan hari-hari biasa di luar Ramadhan.
Ada pula kalangan ulama lainnya yang memaknai belenggu dalam hadis di atas. Intinya, setan yang dibelenggu hanya setan yang membangkang. Katakanlah, para setan yang "kelas berat" karena begitu mahir dalam menggoda serta menjerumuskan manusia ke dalam kesesatan. Adapun setan-setan yang "kelas teri" cenderung lolos.
Penjelasan ini bersesuaian dengan hadis lainnya, yang diriwayatkan Ibnu Huzaimah, Nasa'i, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim. Menurut Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Pada malam pertama bulan Ramadhan, setan-setan dibelenggu. Yaitu setan-setan yang membangkang."
Barangsiapa yang gemar maksiat kala Ramadhan berarti mudah terpedaya bahkan oleh setan-setan "kelas teri." Apatah lagi oleh setan-setan "kelas berat" yang begitu profesional dalam menjalankan aksinya?
Oleh karena itu, efek dari dibelenggunya setan-setan cenderung berlaku bagi mereka yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keikhlasan. Lihat surah Shad ayat 82-83. Artinya, "Iblis menjawab: 'Demi kekuasaan Engkau (Allah), aku akan menyesatkan mereka (manusia) semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis (ikhlas) di antara mereka." Ya, iblis sekalipun angkat tangan menghadapi orang-orang berhati ikhlas, yakni mereka yang hanya mengharap ridha Allah.
Setidaknya, ada empat jawaban terkait mengapa masih ada kemaksiatan kala Ramadhan, sekalipun setan-setan dibelenggu. Pertama, efek dibelenggunya setan hanya terasa bagi mereka--orang beriman--yang melakukan berpuasa dengan penuh keikhlasan. Kedua, tak semua setan dibelenggu. Yang dibelenggu hanya sebagian dari mereka, yakni yang membangkang dan lihai menggoda manusia.
Ketiga, dibelenggunya setan dapat bermakna berkurangnya tindak kejahatan atau perilaku maksiat. Memang, selama Ramadhan akan terasa lebih marak majelis-majelis kebaikan, daripada gelaran publik yang sia-sia. Keempat, dibelenggunya setan tidak berarti hilangnya sama sekali aktivitas yang merusak. Sebab, ada pula sifat jelek manusia yang memang sudah bobrok. Toh setan ada pula yang dari golongan manusia.
Terakhir, ada pula kalangan ulama yang memberi makna lebih perinci terkait hadis "dibelenggunya setan-setan kala Ramadhan." Maknanya, setan-setan itu terhalangi dari mencuri-dengan berita langit. Maka, setan-setan yang dibelenggu hanya yang gemar melakukan hal tersebut.
Baca juga : Arab Saudi Peringatkan Umat Islam Bahaya Situs Haji Palsu