REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kelompok Ikhwanul Muslimin mengaku terkejut mengetahui rencana Amerika Serikat (AS) yang ingin melabelinya sebagai organisasi teroris asing. Ia menilai, AS telah tunduk pada kediktatoran represif di Timur Tengah.
"Sangat mengejutkan bahwa perumusan kecenderungan Pemerintah AS tunduk pada kediktatoran represif di Timur Tengah alih-alih konsisten dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang biasanya diproklamirkan oleh negara Amerika," kata Ikhwanul Muslimin dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Anadolu Agency, Rabu (1/5).
Ikhwanul Muslimin menyatakan, tak akan terpengaruh oleh rencana AS tersebut. Ikhwan akan terus bekerja sesuai dengan pikiran yang damai dan moderat. "Ikhwanul akan terus lebih kuat daripada resolusi apa pun," ujarnya.
Gedung Putih, pada Selasa (30/4), mengatakan bahwa Presiden Donald Trump sedang bekerja untuk menunjuk Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris asing. Hal itu akan mengarah pada penerapan sanksi terhadap gerakan Islam tertua di Mesir tersebut.
Menurut Gedung Putih, saat bertemu Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi di Washington pada 9 April lalu, salah satu yang dibahas adalah tentang ancaman Ikhwanul Muslimin. Sisi secara pribadi menyampaikan kekhawatirannya kepada Trump terkait kegiatan kelompok itu.
Terdapat beberapa negara yang telah memasukkan Ikhwanul Muslimin ke daftar hitam, antara lain Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Bahrain.