Kamis 02 May 2019 08:28 WIB

Pesan-Pesan BJ Habibie untuk Bangsa Indonesia

Presiden ketiga BJ Habibie bertemu dengan sejumlah tokoh bangsa.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Elba Damhuri
Presiden ke-3 RI BJ Habibie memaparkan penjelasan saat menggelar silaturahim dan sarasehan tokoh masyarakat dan sesepuh bangsa di Jakarta, Rabu (1/5).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Presiden ke-3 RI BJ Habibie memaparkan penjelasan saat menggelar silaturahim dan sarasehan tokoh masyarakat dan sesepuh bangsa di Jakarta, Rabu (1/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah tokoh masyarakat menggelar silaturahim dengan Presiden ketiga Republik Indonesia, BJ Habibie, di Patra Kuningan XIII, Jakarta, Rabu (1/5). Melalui pertemuan itu, Habibie dan para tokoh berpesan agar persatuan bangsa perlu terus dijaga selepas Pemilu 2019 ini.

Pertemuan itu dilakukan sekitar pukul 11.00 WIB. Sejumlah tokoh yang ikut hadir dalam pertemuan tersebut, di antaranya mantan ketua MK Mahfud MD; istri Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid, Sinta Nuriyah, dan putrinya Alissa Wahid.

Juga, pimpinan Ponpes Tebu Ireng Salahuddin Wahid (Gus Sholah); cendekiawan Muslim Quraish Shihab; pengusaha media Dahlan Iskan, serta rohaniwan Katolik Franz Magnis Suseno. Pertemuan digelar di Perpustakaan Habibie-Ainun yang berada di kompleks kediaman Habibie.

Pertemuan sempat berlangsung terbuka bagi media untuk mengambil gambar. Namun, kemudian dilakukan tertutup guna memastikan diskusi berlangsung kondusif.

Mahfud MD sebagai ketua kelompok tokoh-tokoh yang menamai diri Gerakan Suluh Kebangsaan itu mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut digelar sekaligus membicarakan isu-isu terkini seputar demokrasi. Kepada Mahfud MD dan sejumlah tokoh yang hadir, Habibie mengaku telah menerima perwakilan kedua kubu capres.

“Kami yang hadir di sini berasal dari kelompok dan pilihan politik berbeda-beda, tapi membawa pesan sama, mari bawa bangsa ini dan kawal pemilu dengan sebaik-baiknya. Setelah itu bersatu, jangan pecah lagi," kata Mahfud MD.

Mahfud mengatakan, Habibie merupakan seorang senior, seorang bapak bangsa yang mengarahkan perjalanan bangsa. Beliau juga menjadi sosok referensi yang masih autentik saat ini sebagai pemimpin bangsa yang turut menyumbang pembangunan ekonomi, teknologi, serta membangun demokrasi.

Dalam diskusi itu, kata Mahfud, Habibie menyampaikan, dulu Indonesia merdeka untuk bersatu dan maju. Sesudah merdeka, pada awalnya demokrasi belum bisa dibuka. Karena jika kebebasan dibuka ketika negara baru saja merdeka, dapat memicu perpecahan.

Setelah lima tahun Indonesia merdeka, bangsa ini membangun diri, kemudian demokrasi pun dibuka selebar-lebarnya sehingga Indonesia bisa maju dalam kurun waktu 20 tahun terakhir.

"Pesan yang pokok pertemuan ini tadi bahwa bangsa ini bangsa yang besar. Dulu kita merdeka untuk bersatu agar bisa maju. Sesudah merdeka pada awalnya demokrasi belum bisa dibuka karena kalau kebebasan dibuka ketika negara baru merdeka bisa pecah," kata Mahfud setelah pertemuan.

Ia menjelaskan, setelah Habibie menjadi presiden Indonesia, demokrasi akhirnya dibuka seluas-luasnya. Para tokoh sependapat bahwa Indonesia mengalami kemajuan setelah demokrasi diterapkan.

"Oleh sebab itu, pemilu yang sekarang ini supaya tidak membawa mundur lagi kemajuan kita di bidang demokrasi. Kita yang datang di sini berasal dari kelompok pilihan politik yang berbeda, tapi membawa pesan yang sama."

Mahfud mengimbau seluruh pihak untuk tetap mengawal proses pemilu sampai selesai. Persatuan perlu dirajut kembali agar tidak ada perpecahan sesama anak bangsa. Mahfud menekankan, Habibie juga berpesan agar pemilu dilaksanakan sebaik-baiknya serta seluruh pihak menunggu hasil dari KPU.

"Apabila ada ketidakberesan atau kecurangan maka dapat disampaikan di sana atau kalau tidak puas bisa melalui Mahkamah Konstitusi. Itu prosedur hukumnya," kata Mahfud.

photo
Pesan BJ Habibie: Presiden ke-3 RI BJ Habibie memaparkan penjelasan saat menggelar silaturahim dan sarasehan tokoh masyarakat dan sesepuh bangsa di Jakarta, Rabu (1/5).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement