Kamis 02 May 2019 09:14 WIB

Relokasi Warga Korban Pergerakan Tanah Tunggu Kajian Geologi

Relokasi warga Sukabumi yang menjadi korban pergerakan tanah masih tunggu kajian

Kondisi salah satu rumah yang rusak terdampak bencana tanah bergerak di Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat, Ahad (28/4/2019).
Foto: Antara/Budiyanto
Kondisi salah satu rumah yang rusak terdampak bencana tanah bergerak di Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat, Ahad (28/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Bupati Sukabumi Marwan Hamami mengatakan relokasi warga yang menjadi korban pergerakan tanah di Kampung Gunungbatu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat menunggu hasil kajian Badan Geologi Jabar. Petugas dari Badan Geologi sudah ke lokasi bencana di Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung untuk melakukan pengkajian.

"Saat ini kami masih menunggu hasil kajian tersebut apakah lokasi pergerakan tanah itu masuk zona merah sehingga warganya harus direlokasi," katanya di Sukabumi, Kamis (2/5).

Baca Juga

Ketika lokasi tersebut ditetapkan sebagai zona merah dari hasil kajian dari tim geologi, maka warga harus siap direlokasi. Warga akan direlokasi ke tempat yang lebih aman untuk menjaga keamanan dan keselamatan.

Relokasi warga pun tidak mudah karena harus menentukan terlebih dahulu lokasi yang akan dijadikan tempat relokasi. Lokasi tersebut harus strategis serta tersedia sarana dan prasarana yang memadai mulai dari sekolahan, pelayanan kesehatan, dan lainnya.

Relokasi juga haru didahului musyawarah antara warga dengan pemerintah. Tetapi saat ini yang paling penting adalah menyelamatkan warga yang tinggal di lokasi bencana. Selain itu memenuhi kebutuhan untuk sehari-hari warga mulai dari makan, mandi, tempat tidur, dan lainnya.

Menurut Marwan sudah ada ratusan warga yang memilih mengungsi akibat rumahnya rusak terkena dampak bencana ini. Pihaknya juga sudah menginstruksikan kepada dinas terkait dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi untuk terus bersiaga dan melayani para korban bencana.

"Bantuan darurat untuk warga sudah kami distribusikan termasuk peralatan berupa cangkul, garpu, roda sorong, dan paralon air untuk pipanisasi warga," tambahnya.

Marwan mengimbau kepada warga agar tidak membangun permukiman atau rumah di lokasi rawan seperti di lereng gunung dan bantaran sungai. Tindakan itu bisa memicu terjadinya bencana mulai dari longsor, banjir, pergerakan tanah, dan lainnya.

Informasi yang dihimpun akibat bencana pergerakan tanah di Kampung Gunungbatu ini sebanyak 109 rumah yang tersebar di RT 01, 02, dan 03 RW 09 mengalami kerusakan. Rinciannya 12 rusak berat, 57 rusak sedang, dan 40 rusak ringan. Bahkan jumlah rumah yang rusak setiap harinya terus bertambah.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement