REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pengurus Cabang Istimewa Muhammadiyah Taiwan berkolaborasi dengan Asia University(AU). Mereka menggelar Festival Halal Internasional di Kota Taichung, Selasa (30/4) lalu.
"Kegiatan itu sebagai upaya mengenalkan Islam kepada mahasiswa lokal sebagai agama yang penuh kasih sayang dan cinta damai," kata Ketua Panitia Pelaksana Festival Halal Indonesia (FHI) Okto Cahyadi, di Beijing, Kamis (2/5).
Menurut dia, kegiatan yang digelar di area kampus AU Taichung itu mendapat apresiasi dan dukungan dari komunitas Muslim berbagai negara, seperti India, Thailand, Afrika, dan Eropa di Taiwan. "Di Taiwan, Islam merupakan agama minoritas. Pemeluknya tidak lebih dari satu persen dari jumlah populasinya. Namun, Islam mampu hidup berdampingan dengan berbagai pemeluk agama lain di Taiwan," ujarnya.
Selain itu, Festival juga menjadi jembatan untuk mengenalkan gaya hidup warga Muslim. "Selama ini masyarakat lokal hanya tahu bahwa Muslim itu tidak boleh makan daging babi dan minum alkohol. Padahal selain dua hal tersebut, masih banyak hal-hal yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh Muslim sebagai bagian dari ajaran Islam," kata Okto.
Selain menyajikan kuliner halal, kegiatan tersebut dimeriahkan dengan peragaan busana Muslim, yang pesertanyaberasal dari kalangan mahasiswa berbagai negara. Para peserta mengenakan busana Muslim dari Indonesia, India, dan Timur Tengah.
Para pengunjung FHI juga mendapatkan kesempatan mengenakan pakaian Muslim dan berswafoto di tempat yang telah disediakan. Pelajar non-Muslim pun tidak menyia-nyiakan kesempatan menjajal pakaian tertutup, meskipun saat ini Taiwan sudah memasuki musim panas.
"Sekarang saya jadi tahu, kenapa perempuan Muslim mengenakan pakaian tertutup. Ternyata ini bagian dari keyakinan mereka sebagai seorang Muslim untuk melindungi dirinya," Jessy, mahasiswi Taiwan, setelah mendapatkan penjelasan dari mahasiswi Muslim.
Dekan Sekolah Internasional AU Prof Yinghuei Chen menganggap kegiatan tersebut sangat positif dalam membangun pemahaman yang baik tentang Islam dan multikulturalisme. Pengampu mata kuliah Multikulturalisme dan Global Perspektif itu juga menyatakan bahwa kampusnya sangat terbuka bagi mahasiswa Muslim.
Bahkan, di kampusnya sedang dibangun restoran halal sebagai upaya memfasilitasi mahasiswa Muslim untuk mendapatkan makanan dan minuman halal. Oleh sebab itu, dia berharap kampusnya dapat terus bersinergi dengan Muhammadiyah, khususnya di Taiwan, untuk mengadakan berbagai kegiatan positif guna membangun kehidupan yang harmonis antarpemeluk agama, khususnya di AU.