REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menilai rencana pemindahan Ibu Kota adalah ide yang bagus. Pemindahan Ibu Kota bisa dikaitkan dengan pemerataan pendidikan karena saat ini semua hal terpusat di Pulau Jawa.
"Mungkin bisa dikaitkan dengan pemerataan. Kemudian menarik pusat kekuasaan di tengah wilayah Indonesia itu saya kira sudah waktunya karena dengan terkonsentrasi di Jawa itu terjadi ketimpangan," kata Muhadjir, usai upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Kantor Kemendikbud, Jakarta Pusat, Kamis (2/5).
Muhadjir mengakui saat ini pemerataan pendidikan masih terkendala di daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Kendala itu muncul salah satu alasannya karena pusat kekuasaan ada di Pulau Jawa. Sehingga yang pertama dibenahi biasanya adalah wilayah di sekitar pusat kekuasaan.
Oleh sebab itu, dengan dilakukannya pemindahan Ibu Kota bisa jadi membantu pemerintah untuk meratakan pembangunan pendidikan di wilayah luar Jawa.
"Saya kira dampaknya akan sangat positif untuk mempercepat pemerataan pendidikan," kata Muhadjir menegaskan.
Muhadjir mengatakan pihaknya juga memfokuskan peningkatan angka partisipasi sekolah di wilayah 3T. Menurut dia, semakin sedikit masalah bukannya semakin mudah tetapi semakin sulit. "Itu membutuhkan sumber daya yang berlipat karena capital output ratio-nya lebih tinggi dari kasus-kasus sebelumnya," kata dia.
Lebih lanjut, Muhadjir mengatakan saat ini tingkat harapan sekolah mencapai 18,81 persen. Sementara angka partisipasi rata-rata secara nasional sudah di atas 100 persen kecuali untuk SMK dan SMA yang hanya sekitar 87 persen. Artinya, kata dia Kemendikbud saat ini mengajar 13 persen angka partisipiasi sekolah untuk SMK dan SMA.