REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan ingin bertemu dengan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un. Abe mulai memperhalus retorikanya terhadap Kim. Ia mengatakan ingin memperbaiki hubungan diplomatik dengan Korut.
"Saya ingin bertemu pemimpin Kim Jong-un tanpa syarat dan berbincang dengannya dengan jujur dengan pikiran terbuka," kata Abe di Sankei Shimbun seperti dilansir di Aljazirah, Kamis (2/5).
Ia mengatakan sangat penting bagi kedua negara untuk menangani isu ini lebih proaktif lagi. Menurutnya, Jepang tidak bisa memecahkan ketidakpercayaan Korut terhadap mereka kecuali menghadapi Kim secara langsung.
"Saya harap dia seorang pemimpin yang dapat membuat keputusan strategis dan fleksibel untuk yang terbaik bagi negerinya," kata Abe.
Pihak berwenang Korut belum memberikan tanda-tanda mereka berniat untuk bertemu Abe. Tapi, pada awal tahun ini anggota kementerian luar negeri Jepang menyebut Pyongyang 'sebagai ancaman yang langka dan dekat'.
Akhir-akhir ini, Abe lebih banyak menggunakan kata-kata yang lebih damai dalam 'menyelesaikan masalah Korea Utara'. Jepang salah satu negera yang paling keras terhadap Korea utara. Mereka juga sering kali mendapatkan retorika keras dari Pyongyang.
Pada awal tahun ini kantor berita Korut KCNA menyebut tetangga mereka itu sebagai 'negara keji penjahat kemanusiaan' dan 'negara tidak bermoral dan beradap'. Pada akhir 2017, Korea Utara berulang kali menggelar uji coba rudal yang mengarah ke Jepang.
Memicu peringatan keras dan Tokyo pun meminta masyarakat internasional memberlaku sanksi yang lebih berat lagi kepada Pyongyang. Tapi, sekarang Jepang berusaha untuk tetap relevan dalam isu Korut yang kini bergerak sangat cepat.
Kim Jong-un terus memperluas lingkaran diplomatiknya. Kim bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada pekan lalu. Ia juga sudah dua kali bertemua Presiden AS Donald Trump, beberapa kali bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.
Dalam pertemuannya dengan Trump pada pekan lalu di Washington, Abe mengatakan ia meminta bantuan Amerika Serikat untuk menyelesaikan masalah penculikan. Jepang yakin mata-mata Korut menculik warga negara Jepang untuk melatih bahasa dan kebudayaan Jepang pada 1970 dan 1980-an.
Setelah bertahun-tahun membantah tuduhan tersebut. Akhirnya Korut mengakuinya pada 2002, mereka mengaku menculik 13 warga negara Jepang dan membebaskan lima orang, mereka mengatakan delapan orang lainnya sudah meninggal dunia.
Pada Mei, Trump dijadwalkan berkunjung ke Jepang. Ia juga diagendakan bertemu dengan Abe.
Pada awal tahun ini, Japan Times melaporkan Tokyo sudah berkali-kali mengatakan terus berusaha 'dengan segala cara' untuk dapat mengkontak saluran diplomatik Korut termasuk melalui kedutaan besar mereka di Beijing. Tapi, laporan itu menambahkan, tidak ada tanggapan sama sekali dari Pyongyang.
"Hubungan Jepang-Korea Utara berada dalam jalan buntu," kata salah satu pejabat senior kementerian luar negeri Jepang pada Januari lalu.