Jumat 03 May 2019 01:10 WIB

Gara-Gara Tiket Pesawat, Pariwisata Domestik Menurun

Tingkat penghuni kamar hotel jauh lebih rendah dibanding tahun lalu.

Rep: Dedi Darmawan Nasution/ Red: Muhammad Hafil
Seorang wisatawan tengah menikmati keindahan kehidupan bawah laut. Indonesia memang dikenal memiliki potensi wisata bahari yang tinggi (ilustrasi)
Foto: Antara
Seorang wisatawan tengah menikmati keindahan kehidupan bawah laut. Indonesia memang dikenal memiliki potensi wisata bahari yang tinggi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tingginya harga tiket pesawat rute domestik yang masih dirasakan hingga saat ini mulai berdampak terhadap pelemahan sektor pariwisata. Kondisi itu terlihat dari tingkat penghunian kamar (TPK) hotel yang jauh lebih rendah dibanding periode sama tahun lalu.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, mengatakan, TPK sepanjang bulan Maret 2019 tercatat hanya mencapai 52,89 poin atau turun 4,21 poin dibanding Maret 2018. Ia menekankan, penghunian kamar hotel bukan hanya diisi oleh wisatawan mancengara, namun juga wisatawan dalam negeri.

Baca Juga

“Apakah ini berkaitan dengan jumlah penumpang udara? Kita lihat pada bulan Maret jumlah penumpang mengalami juga mengalami penurunan,” kata Suhariyanto dalam Konferensi Pers di Jakarta, Kamis (2/5).

Ia menuturkan, penurunan tingkat penghunian kamar itu sejalan dengan penurunan jumlah penumpang pesawat rute domestik. BPS mencatat, pada Maret 2019 jumlah penumpang domesti tercatat mencapai 6,03 juta orang. Jumlah itu turun 21,94 persen dibanding total penumpang selama Maret 2018 yang menembus 7,73 juta orang.

Menurut dia, penurunan penumpang itu diakibatkan oleh tingginya harga tiket pesawat yang terjadi sejak akhir tahun lalu. BPS mencatat, kurun waktu April 2018 hingga April 2019, kenaikan harga tiket pesawat sudah mencapai 11 persen atau memberikan andil inflasi sebesar 0,31 persen.

Ia menegaskan kondisi harga tiket perlu diperhatikan pemerintah, mengingat, Bulan Ramadhan akan masuk pada pekan depan. Harga tiket yang tinggi, selain melemahkan sektor pariwisata juga akan memicu naiknya laju inflasi.

Sementara itu, akibatnya kenaikan harga tiket, BPS menilai terjadi alih transportasi dari pesawat ke moda lain. Khususnya kereta api dan angkutan laut. Pada Maret 2019, jumlah kereta api tercatat mencapai 35,75 juta atau turun tipis dibanding periode sama tahun lalu sebanyak 35,88 juta orang. Sementara, dibanding Januari-Februari, tren penumpang kereta api terus meningkat.

Adapun angkutan laut, jumlah penumpang baik dari bulan ke bulan maupun secara tahunan mengalami kenaikan. Pada Maret 2019, jumlah penumpang kapal mencapai 1,71 juta orang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement