Jumat 03 May 2019 19:31 WIB

Turki Bantah Menjauh dari NATO

Turki tidak menjauh dari NATO dengan membeli sistem pertahanan udara Rusia.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
ilustrasi nato
Foto: russia-insider.com
ilustrasi nato

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan negaranya tidak menjauh dari persekutuan NATO dengan membeli sistem pertahanan udara Rusia S-400. Ia menambahkan Turki juga harusnya tidak dikeluarkan dari proyek jet F-35. 

Hubungan antara Turki, Amerika Serikat (AS), dan NATO terganggu karena langkah Ankara membeli S-400 Rusia. Menurut AS, sistem pertahanan udara itu tidak cocok dengan sistem yang dimiliki NATO dan mungkin dapat membahayakan pesawat jet F-35 dari Lockheed Martin. 

Baca Juga

Sementara, Turki juga salah satu produsen suku cadangnya dan berniat membeli pesawat jet itu. Dalam wawancara yang dilakukan dengan NTV, Akar mengatakan mengeluarkan Turki dari proyek F-35 akan memberikan tekanan 'yang sangat serius' bagi produsen lain di proyek itu.   

"Dalam perjanjian kerja sama tidak ada klausul 'Anda akan dikeluarkan bila membeli S-400', mengeluarkan kami hanya karena ada negara yang ingin melakukannya akan tidak sesuai dengan keadilan, hukum atau kebenaran, ini harusnya tidak terjadi," kata Akar, Jumat (3/5). 

Ia mengatakan Turki akan menjelaskan kepada AS dan negara-negara lain yang terlibat dalam proyek F-35 bahwa S-400 tidak akan mengancam pesawat jet itu. Ia menambahkan Ankara akan mengambil langkah untuk mencegah hal itu terjadi. 

Presiden Turki Tayyep Erdogan mengeluarkan pernyataan yang cukup keras tentang kemungkinan Turki dikeluarkan dari proyek F-35. Pada Selasa lalu, Erdogan mengatakan proyek itu akan hancur jika Turki tidak dilibatkan. 

Sementara, Washington sudah memperingatkan akan memberikan sanksi jika Ankara tetap melanjutkan pembelian S-400. Turki mengatakan tidak akan mundur dari kesepakatan tersebut. 

Sebaliknya Turki telah mengajukan pembentukan kelompok kerja dengan Amerika Serikat untuk menilai dampak S-400. Tapi, kata Turki sampai saat ini AS belum memberikan tanggapan tentang hal itu. 

Akar mengatakan Turki akan mengevaluasi penawaran sistem pertahanan udara Patriot dari Raytheon Co. Menurutnya, penawaran kali ini lebih positif dibandingkan penawaran sebelumnya. 

Turki mengatakan dua pekan yang lalu mereka berharap Presiden AS Donald Trump akan mengunakan pengecualian untuk melindungi mereka dari hukuman pembelian S-400. Setelah sebelumnya Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan di bawah Undang-Undang-undang Countering America’s Adversaries Through Sanctions (CAATSA) Ankara dapat menghadapi sanksi retribusi atas kesepatan tersebut. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement