Jumat 03 May 2019 19:07 WIB

Konsumen Indonesia Utamakan Keamanan dalam Pengalaman Daring

Sebanyak 77 persen konsumen Indonesia menilai ‘keamanan’ sebagai unsur terpenting.

Mohan Jayaraman selaku Managing Director Decision Analytics dan Business Information untuk Experian Asia Pasifik (kanan depan) dalam acara di Hotel Pullman Jakarta, Jumat (3/5).
Foto: Istimewa
Mohan Jayaraman selaku Managing Director Decision Analytics dan Business Information untuk Experian Asia Pasifik (kanan depan) dalam acara di Hotel Pullman Jakarta, Jumat (3/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dengan semakin meningkatnya interaksi organisasi dan konsumen di saluran-saluran digital, kedua belah pihak harus menemukan cara untuk membangun kepercayaan satu sama lain. Berdasarkan pengamatan terhadap 6.000 konsumen dan 590 bisnis di seluruh Asia Pasifik (APAC), dari Experian’s Global Identity and Fraud Report edisi APAC menyorot bahwa hubungan saling percaya secara daring adalah atas dasar saling memberikan lingkungan yang aman dan pengalaman konsumen tanpa batas. Sejumlah 504 konsumen dan 53 pebisnis dari Indonesia ikut serta dalam penelitian ini.

Laporan menemukan bahwa mayoritas (77 persen) konsumen Indonesia menilai ‘keamanan’ sebagai unsur terpenting dari pengalaman daring, diikuti oleh ‘kenyamanan’ (17 persen) dan ‘personalisasi’ (6 persen). Penilaian konsumen Indonesia yang menekankan pada keamanan serupa dengan di Malaysia, dan menempati peringkat kedua tertinggi di APAC setelah Cina (83 persen).

Laporan tersebut juga menemukan bahwa 40 persen bisnis Indonesia pernah mengalami peningkatan kerugian terkait penipuan online selama lebih dari 12 bulan. Kerugian itu termasuk juga serangan pembajakan dan pembukaan akun palsu.

Akibatnya, 77 persen konsumen Indonesia yang disurvei, tertinggi di APAC, kenyamanan yang tak tertandingi dalam masyarakat digital kini adalah privasi. Sebanyak 50 persen dari bisnis di Indonesia menyatakan bahwa mereka mengumpulkan data personalisasi untuk menciptakan pengalaman pengguna, produk target dan penawaran-penawaran yang disesuaikan.

“Dengan interaksi antara bisnis dan konsumen yang kian meningkat terjadi melalui saluran digital, membangun lingkungan yang aman dan saling percaya seharusnya menjadi prioritas utama,” kata Mohan Jayaraman selaku Managing Director Decision Analytics dan Business Information untuk Experian Asia Pasifik dalam acara di Hotel Pullman Jakarta, Jumat (3/5).

“Hal tersebut akan menjadi keharusan bagi para pemimpin bisnis untuk menanamkan modal pada verifikasi identitas dan kemampuan manajemen penipuan untuk menyadari potensi penuh dari ekonomi digital Indonesia,” kata dia menambahkan.

Data merupakan hal yang vital bagi ciri khas tanpa batas pada layanan digital di Indonesia. Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2018 dari Google-Temasek, Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi internet terbesar dan tercepat di kawasan itu.

Pertumbuhan ini diperkirakan mencapai 100 miliar dolar AS di tahun 2025 dan didukung oleh basis pengguna terbesar di Asia Tenggara. Selain kenyamanan konsumen, pembangunan data positif juga akan menjadi vital untuk mendorong potensi digital Indonesia dan Visi Go Digital 2020 diantisipasi akan mendorong keseluruhan pertumbuhan negara ini melalui digitalisasi.

Sementara metode keamanan yang saat ini digunakan oleh perusahaan-perusahaan masih tradisional, temuan laporan mengungkap bahwa teknologi-teknologi baru dan solusi otentikasi lanjutan sangat diminati oleh konsumen.

Bahkan, konsumen Indonesia yang sudah bersentuhan dengan biometric fisik dan perilaku saat melakukan aktivitas perbankan online menampilkan kepercayaan diri pada langkah-langkah keamanan yaitu 76 persen memiliki kepercayaan diri tinggi pada biometric perilaku.

“Konsumen terus mengandalkan perusahaan-perusahaan dalam menjalankan langkah-langkah untuk meningkatkan keamanan dan perlindungan dalam interaksi digital. Mereka juga mengandalkan para perusahaan karena pendekatan yang mudah. Satu pendekatan yang telah membuktikan yang efektif dan diterima oleh konsumen adalah biometrik yang mempercepat dan mempermudah proses verifikasi identitas bagi konsumen,” ujar Mohan.

Perusahaan-perusahaan seperti bank, jasa keuangan dan sektor asuransi, agen pemerintah, dan perusahaan jasa sistem pembayaran yakin untuk menghadirkan kepercayaan diri konsumen terbesar terkait penanganan data personal. Perusahaan jasa sistem pembayaran di Indonesia menikmati tingkat kepercayaan konsumen tertinggi (73 persen) di kawasan APAC, diikuti di tempat kedua adalah Thailand (pada angka 76 persen). Hal ini sepertinya dikarenakan upaya-upaya pemerintah Indonesia dalam membangun infrastruktur dan ekosistem untuk memfasilitasi pembayaran digital dan perdagangan daring.

Transparansi adalah penentu utama lainnya dalam membangun kepercayaan bersama. Laporan juga menemukan bahwa 88 persen konsumen Indonesia mengharapkan transparansi penuh dari para bisnis mengenai bagaimana informasi milik mereka digunakan. Memahami kebutuhan ini, 64 persen bisnis Indonesia yang disurvei telah menanamkan modal pada program yang dirancang untuk meningkatkan transparansi dalam enam bulan terakhir.

Sebanyak 70 persen perusahaan merencanakan untuk menanam modal lagi untuk inisiatif-inisiatif seperti ini. Contohnya, inisiatif di sini termasuk mendidik konsumen, mengkomunikasikan istilah-istilah dengan lebih padat dan membantu konsumen merasa memiliki kuasa akan data personal mereka.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement