REPUBLIKA.CO.ID, ALGIERS -- Ratusan ribu demonstran berunjuk rasa secara damai di Aljir setelah shalat Jumat (3/5). Mereka meneriakkan "Kami tidak akan diam!" untuk menuntut mundur elite penguasa Aljazair. Demonstrasi terus berlangsung setiap Jumat selama sebulan setelah jatuhnya Presiden Abdelaziz Bouteflika.
Demonstrasi telah memaksa Bouteflika keluar dari kantor pada 2 April setelah 20 tahun berkuasa. Para pemrotes terus turun ke jalan menuntut anggota elite lainnya juga menanggalkan jabatannya.
Mereka juga menyerukan pengunduran diri presiden sementara, Abdelkader Bensalah, yang bertugas selama 90 hari hingga pemilihan pada 4 Juli. Perdana Menteri Noureddine Bedoui yang ditunjuk oleh Bouteflika beberapa hari sebelum dia mundur pun diminta melakukan hal sama.
"Kamu harus pergi" dan "Kamu pencuri telah menghancurkan negara" merupakan spanduk yang dipegang oleh pengunjuk rasa. "Aljazair, bebas dan demokratis" menjadi yel-yel yang terus dibawakan pendemo sambil berbaris melalui pusat Aljir.
Tidak ada perhitungan resmi jumlah warga yang turun ke jalan. Namun, wartawan Reuters memperkirakan jumlah massa mencapai ratusan ribu seperti pekan lalu.
Tentara tetap menjadi institusi paling kuat di Aljazair, meski terus dibayangi goyangan politik selama beberapa dekade. Sejauh ini, mereka masih sabar memantau sebagian besar protes damai.
Pekan lalu, kepala staf militer Letnan Jenderal Ahmed Gaed Salah--yang membantu mendongkel Bouteflika--mengatakan, beberapa kasus korupsi besar akan terungkap dalam tindakan pemberantasan terhadap korupsi. Sejumlah tokoh dari elite penguasa, termasuk menteri keuangan, mantan perdana menteri, dan beberapa pengusaha kaya telah diselidiki dalam beberapa pekan terakhir.