Sabtu 04 May 2019 16:55 WIB

Rusia Diduga Gunakan Paus Beluga Sebagai Mata-Mata

Paus beluga itu memakai kamera bertuliskan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Paus (ilustrasi)
Foto: AP
Paus (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Nelayan di Norwegia dikejutkan dengan penemuan paus beluga yang diduga digunakan angkatan laut Rusia sebagai mata-mata. Nelayan Norwegia menemukan mamalia laut itu memakai kamera aksi (action camera) yang diikat di dekat kepalanya.

Di kamera itu terdapat label yang ditulis dalam bahasa Inggris, "Equipment of St. Petersburg" atau "Milik St. Petersburg". Temuan tersebut mengejutkan para pejabat Norwegia dan menimbulkan spekulasi mamalia laut tersebut telah dilatih sebagai mata-mata Rusia.

Baca Juga

"Ada alasan kuat untuk meyakini paus itu digunakan oleh angkatan laut Rusia," ujar peneliti dari Institut Penelitian Kelautan Norwegia, Martin Niuw kepada stasiun televisi NRT, Sabtu (4/5).

Seorang dosen sejarah di Manchester Metropolitan University, Gervase Phillips mengatakan, belum ada bukti konklusif tentang asal usul paus beluga tersebut. Tapi, peralatan yang tertempel di tubuh paus tersebut mengarah kepada penggunaan hewan untuk keperluan militer. Phillips diketahui merupakan seorang dosen yang mempelajari penggunaan hewan oleh militer.

The Guardian melaporkan, Kementerian Pertahanan Rusia membantah memiliki program militer yang menggunakan hewan mamalia laut. Namun di sisi lain, Rusia mempunyai sejarah menggunakan paus, lumba-lumba, dan hewan lainnya untuk dilatih dan disebarkan ke seluruh dunia.

Pada 1960-an, dalam puncak Perang Dingin, pemerintah Soviet dilaporkan telah melatih paus beluga, lumba-lumba, singa laut, dan anjing laut untuk mencari ranjau bawah laut dan benda-benda lainnya. Seorang peneliti terkemuka di bidang ekologi dan evolusi di Russian Academy of Sciences, Lev Mukhametov, mengatakan, dia melihat bagaimana lumba-lumba digunakan menjaga pintu masuk ke teluk Sevastopol di Krimea yang merupakan rumah bagi armada Laut Hitam Soviet.

"Jika seorang penyelam melewati bawah air melalui area yang dilindungi, maka lumba-lumba akan memberi sinyal  ke stasiun pantai menggunakan echolokasi, yakni suara mengklik frekuensi tinggi," kata Mukhametov.

Menurut laporan BBC, setelah runtuhnya Uni Soviet, pelatihan mamalia laut dihentikan dan lumba-lumba penjaga dijual ke Iran. Tapi menurut laporan dari media pemerintah Rusia, RIA Novosti, pada 2012 program pelatihan mamalia laut dilanjutkan di Ukraina.

Pada 2014, setelah aneksasi Krimea oleh Rusia, lumba-lumba berada di bawah kendali Kementerian Pertahanan Rusia. Militer Rusia kemudian meluncurkan program baru untuk melatih lumba-lumba dan anjing laut tempur untuk angkatan laut Rusia. Menurut Washington Post, pada 2016, Rusia mulai mencari rekrutmen baru dengan menawarkan lima lumba-lumba hidung botol seharga 24 ribu dolar AS.

Pada 2017, saluran televisi Rusia, Zvezda, yang dijalankan oleh Kementerian Pertahanan Rusia, melaporkan pasukan khusus bawah laut Rusia memiliki "pejuang baru", yakni anjing laut bercincin, kuda laut, anjing laut harpa, lima lumba-lumba hidung botol, dan paus beluga.

Mereka dilatih menjaga pintu masuk ke pangkalan angkatan laut, mencari ranjau bawah laut, membantu penyelam, dan jika perlu membunuh benda asing yang menyerbu wilayah mereka. Angkatan bersenjata di seluruh dunia memiliki sejarah panjang menggunakan hewan untuk melakukan dinas militer.

Angkatan Laut AS telah melatih lumba-lumba dan singa laut sejak Perang Vietnam dalam program mamalia lautnya. Program itu telah lama diselimuti kerahasiaan dan banyak detail tidak diketahui sampai informasi itu bocor pada 1992.

Layanan hewan Angkatan Laut AS saat ini, terdiri dari lumba-lumba berhidung botol dan singa laut Kalifornia di pangkalan angkatan laut di San Diego. Mereka berpatroli di perairan terbatas dan mencari benda-benda tertentu. Program ini telah menuai kritik dari para pembela hak-hak hewan selama bertahun-tahun yang menganggapnya sebagai kekerasan terhadap hewan.

Angkatan laut Inggris menggunakan singa laut selama Perang Dunia II untuk mendeteksi ranjau bawah laut. Tetapi operasi itu tidak berhasil karena singa laut itu terlalu lambat dan mudah terganggu.

Selama Perang Dunia I, tentara Inggris juga mencoba melatih burung camar untuk buang air besar di periskop U-boat Jerman sehingga membutakan awak kapal selam. Mereka juga melatih merpati membawa pesan berkode dari garis depan, dan ini terbukti lebih berguna.

Dengan kecepatan maksimum 60 mil per jam, merpati dapat dengan cepat terbang keluar dari jangkauan tembakan sniper atau penembak jitu. Pada 1918, Angkatan Darat Inggris memiliki 20 ribu burung merpati untuk bertugas. Sedangkan, peran anjing militer diperluas pada abad ke-20, dimulai dengan Perang Dunia II untuk mendeteksi ranjau dan bahan peledak.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement