Ahad 05 May 2019 13:39 WIB

Petugas Pemilu Wafat di Surabaya Sudah 13 Orang

Petugas yang wafat terdiri dari 9 orang KPPS dan 4 orang Linmas

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Petugas KPPS meninggal
Foto: republika
Petugas KPPS meninggal

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Jumlah petugas Pemilu yang wafat pada penyelenggaraan pemilihan umum 2019 sebanyak 13 orang. Terdiri dari sembilan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), dan empat sisanya merupakan Linmas atau petugas pengamanan Pemilu.

"Sebelumnya ada 12 orang KPPS di Surabaya meninggal, namun Jumat kemarin sore ada satu orang petugas juga meninggal dunia, jadi jumlahnya 13 orang," kata Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya, Miftahul Ghufron, dikonfirmasi Ahad (5/5).

Menurut Ghufron, belasan petugas Pemilu yang meninggal dunia tersebut karena kelelahan dan sesak nafas. "Ada yang kelelahan, lalu sesak nafas dan kemudian meninggal. Ada juga yang langsung drop," kata Ghufron.

Salah satu petugas yang meninggal dunia adalah Henry Permadi, yang merupakan anggota KPPS TPS 01 Ketabang. Istri Henry, Tinuk Restu Murjanawati menceritakan, suaminua meninggal di RSUD Soewandhie pada Rabu (1/5). Tinuk menyatakan, sebelum dibawa ke rumah sakit, suaminya mengeluhkan sesak napas, setelah berhari-hari menjalankan tugas sebagai anggota KPPS.

Henry, kata Tinuk, memang jarang beristirahat karena merasa bertanggu jawab atas tugas yang diembannya, sebelum akhirny mengeluhkan sesak nafas tersebut. Akhirnya, keluarga pun memutuskan membawa yang bersangkutan ke RSUD Soewandhie. Di rumah sakit, Henry terus mengeluhkan sesak nafas, dan bahkan beberapa kali meminta kepada Tinuk untuk membesarkan aliran oksigen.

“Karena suami minta, saya turuti. Pernah  saya juga ditegur dokter karena membesarkan aliran oksigen itu. Ya akhirnya gak tertolong lagi," ujar Tinuk.

Petugas lain yang juga meninggal dunia setelah bertugas adalah Hariono, yang bertugas di TPS 45, Kelurahan Kandangan, Kecamatan Benowo, Surabaya. Istri almarhum Hariono, Mukholifah pun menceritakan kronologi meninggalnya sang suami. Ia menjelaskan, almarhum Hariono mengalami kelelahan saat bertugas menjaga TPS 45 sampai dengan Kamis (18/4) pukul 08.00 WIB.

Setelah pulang ke rumah, Hariono mengeluh kepada istrinya seluruh badannya terasa capek karena tidak duduk atau istirahat selama berjam-jam di TPS. Almarhum yang merasa kelelahan, seketika tidur di rumah hingga malam hari.

Keesokan harinya, almarhum badannya terasa sakit, kemudian dibawa ke dokter praktik oleh keluarganya. “Kemudian pada Ahad (21/4), kondisinya semakin drop dan akhirnya pada Senin (22/4) sekitar pukul 14.30 WIB, almarhum meninggal dunia di rumah,” kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement