REPUBLIKA.CO.ID, Barcelona -- Para pelajar Indonesia di kawasan Amerika dan Eropa menggelar simposium dengan tema besar pariwisata Indonesia yang berkelanjutan. Sebanyak 66 delegasi dari PPI masing-masing negara di kawasan ini sangat antusias melaksanakan kegiatan ini.
Acara ini dibuka dengan penampilan Angklung yang merupakan seni musik tradisional asal Jawa Barat yang sangat gemilang oleh Wildan Qodaris yang juga salah satu pengajar di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Kemudian acara diresmikan oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Spanyol, Hermono,
MA.
Ditemui di sela acara Duta Besar RI untuk Kerajaan Spanyol memberikan apresiasi terhadap Simposium ini karena mengangkat tema yang tepat mengenai pebangunan sektor pariwisata yang sustainable dengan menghadirkan pembicara-pembicara yang kompeten di bidang ini. Hermono ingin bahwa Para Pelajar Indonesia yang
hadir disini bisa mengidentifikasi masalah-masalah dan berkontribusi dengan ide untuk pariwisata yang berkelanjutan di Indonesia.
Kajian dalam Simposium ini pun terbagi kedalam tiga bagian. Pembicara pertama Guru Besar Universitat de Pompeu Fabra sekaligus koordinator ekonomi dan bisnis dari Casa Asia, Guilermo Martinez Tabrerner, Ph.D. Ia menyatakan Konsep sustainable yang diikuti dengan tanggung jawab akan menjadikan sebuah keutuhan dalam menunjang pariwisata itu sendiri yang tentunya berasal dari visitors, pemangku kepentingan dan penyelenggara.
Pembicara kedua ialah CEO RabbaniTour, Masrura. Ia menyoroti kearifan budaya lokal yang bisa disajikan kepada para wisatawan dengan segmentasi dari luar negeri. Sedangkan Pembicara ketiga ialah ketua Poliglot Indonesia Arra’di Nurrizal. Ia menyoroti tentang upaya apa yang harus dimiliki untuk menyambut keterbukaan orang asing, budaya asing tanpa menghilangkan jati diri.
Pembicara keempat, Guru Besar dari ITB, Dr. Teuku Abdullah Sanny. Menjelaskan mengenai geoturisme dimana bencana alam menjadi isu penting dalam pergerakan wisatawan. Dia pun menambahkan bagaimana cara mengubah presepsi menjadi sesuatu yang menarik.
Pembicara kelima, Murni Amalia co-founder dari IWasHere.id, yang mengingatkan tentang partisipasi masyarakat dalam nature-based tourism. "Harapan kepada generasi muda untuk ikut serta, bekerja sama membangun industri yang berdampak besar," ujarnya seperti dalam siaran pers.
Pembicara keenam Guru Besar di sebuah kampus di Swiss, Lorenzo Cantoni. Ia menyatakan rumus sakti ABCDE dalam membangun Smart tourism. A (Access), B (Better), C (Connect), D (Dis-intermediate) dan E (Educete), hal tersebut untuk menunjang penggunaan teknologi informasi untuk mendukung keberlangsungan arus budaya, komunikasi, sosial, masyarakat dalam kaitannya dengan pariwisata.
Pembicara ketujuh ialah Perwakilan UNWTO Aditya Amaranggana, M.Sc yang menyoroti mengenai dampak positif dan negatif dari Industri pariwisata. Ia pun menyatakan ada dampak yang harus dipelajari, dicarikan solusi dan dikembangkan cara terbaik guna menunjang keberlangsungan pariwisata itu sendiri.
"Pembangunan sarana dan prasarana dasar, penyediaan air bersih, public utility services, dan komitmen kebijakan terhadap keseriusan menjaga tourism destinations," katanya.
Paparan terakhir diberikan oleh Staf Ahli Menteri dari Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuti. Ia menyatakan mengenai dalam dunia pariwisata karena di mata internasional, Indonesia meraih pelbagai penghargaan level internasional.
"Pertumbuhan pariwisata Indonesia juga membaik dalam lingkup negara-negara ASEAN," ungkap Esthy.
Hal ini tak terlepas dari peranan Wonderful Indonesia Promotion yang mana adalah sebuah bungkus bingkai keindahan Indonesia untuk dimasyarakatkan. Ini dinilai sangat berhasil menghasilkan devisa pada tahun 2016 mencapai 12 juta dolar Amerika Serikat.
Ia pun menambahkan peran besar pemerintah dalam menjaga, memayungi
dan membungkus keaslian dan kearifan lokal agar tidak pudar dan hilang ditelan arus globalisasi. Beliau pun juga menyoroti tentang penanggulangan dampak ekonomi yang terfokus pada enam cara, di antaranya diversifikasi jangkauan produk, mereduksi jumlah wisatawan di beberapa area, persebaran merata. Kemudian eco-tourism, Green tourism, tatalaksana hukum yang mengikat dan
menunjang serta Kebutuhan akan manajemen dan tanggung jawab yang baik.
Koordinator PPI Dunia Kawasan Amerika Eropa, Tubagus Aryandi Gunawan, menyatakan bahwa Simposium ini dihadirkan sebagai bentuk kepedulian Pelajar Indonesia di luar negeri khususnya wilayah Amerika Eropa. Yakni untuk membahas isu-isu yang hangat saat ini yang akan dijadikan poin poin utnuk melahirkan rekomendasi
yang nantinya akan diserahkan kepada pemangku kebijakanj terkait.
"Pada Tanggal 27 hingga 28 April 2019 Para Delegasi PPI negara se-Amerika-Eropa berembuk untuk mengidentifikasi dan melahirkan ide-ide untuk melahirkan 'Rekomendasi Barcelona Untuk Kemajuan Pariwisata Indonesia yang Berkelanjutan'," ujar penerima manfaat Dompet Dhuafa Pendidikan ini.