REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Parfum mulai masuk ke Eropa pada abad ke-11 dan ke-12. Parfum tersebut dibawa dari Jazirah Arab melalui perdanganan antara dunia Islam dan prajurit Perang Salib yang akhirnya pulang kembali ke tanah kelahirannya.
Parfum yang digunakan masyarakat Islam biasanya tidak menggunakan alkohol. Karena itu, perkembangan parfum modern yang menggunakan alkohol sepertinya dimulai sejak orang-orang Hungaria mengembangkan parfum dari minyak wangi yang dicampur dengan alkohol. Parfum modern pertama itu dibuat pada 1370 Masehi atas perintah Ratu Elizabeth dari Hungaria. Parfum tersebut kemudian dikenal sebagai Air Hungaria.
Pada masa renaisans, Venesia dan Florence merupakan ibu kota atau pusatnya parfum di Eropa. Mereka menggunakan cara-cara lama untuk menghasilkan parfum yang beraroma harum. Saat Catherine dari Medici, duta besar parfum, bertolak ke Prancis untuk menikahi Raja Henry II, dia membawa parfum yang diberi nama Renato dari Florence.
Sejak saat itu, Prancis menjadi pusat pembuatan parfum dan kosmetik di Eropa. Budi daya bunga untuk esens parfum dimulai pada abad ke-14. Budi daya itu sangat berkembang di bagian selatan Prancis. Selama masa renaisans, parfum digunakan oleh orang kaya sebagai cara untuk menutupi bau badan akibat jarang mandi.
Pada 1656, secara resmi Pemerintah Prancis mendirikan pusat pembuatan sarung tangan dan parfum. Sarung tangan yang berbau harum karena parfum sering digunakan oleh kaum perempuan pada masa itu.
Sebab, aroma wanginya bisa bertahan lama. Pada abad 18, untuk mencukupi bahan-bahan baku industri parfum yang semakin berkembang, beberapa tanaman yang menjadi bahan baku parfum ditanam di beberapa bagian di wilayah Prancis. Pada abad ke-19, parfum semakin berkembang seiring perkembangan ilmu kimia. Produksi parfum sintetis pun bermunculan.