REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina menolak saran untuk berbicara dengan Amerika Serikat (AS) dan Rusia mengenai perjanjian baru yang membatasi senjata nuklir, Senin (6/5). Cina menyatakan pihaknya tidak akan mengambil bagian dalam negosiasi perlucutan senjata nuklir trilateral.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang mengatakan, kebutuhan keamanan nasional atas kekuatan nuklir di tingkat terendah. Mereka menyatakan Cina tidak dapat dibandingkan dengan AS dan Rusia.
"Cina menentang negara mana pun yang berbicara tentang Cina untuk masalah pengendalian senjata, dan tidak akan mengambil bagian dalam negosiasi trilateral tentang perjanjian perlucutan senjata nuklir," kata Geng.
Geng melanjutkan, Cina selalu menganjurkan larangan total dan penghancuran senjata nuklir secara menyeluruh.
Presiden AS, Donald Trump mengatakan, ia dan Presiden Rusia, Vladimir Putin membahas tentang kemungkinan perjanjian baru nuklir, pada Jumat (3/5). Kesepakatan itu dapat mencakup Cina, dan akan menjadi kesepakatan besar antara tiga kekuatan atom teratas dunia.
Cina percaya bahwa negara-negara dengan persenjataan nuklir terbesar memiliki tanggung jawab khusus dalam hal perlucutan senjata nuklir. Mereka juga harus terus mengurangi senjata nuklir dengan cara yang dapat diverifikasi.
Perjanjian New START 2011, satu-satunya pakta kontrol senjata AS-Rusia yang membatasi penggunaan senjata nuklir strategis, akan berakhir pada Februari 2021. Akan tetapi, kesepakatan itu dapat diperpanjang selama lima tahun jika kedua pihak sepakat.