REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Operasi kontraterorisme Densus 88 mengklaim berhasil membekuk delapan terduga terorisme sepanjang pekan lalu. Satu terduga terorisme, dinyatakan tewas lantaran mencoba melawan petugas saat penangkapan. Sedangkan yang lainnya, saat ini dalam penyidikan tim anti-teror Polri.
Karo Penmas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, penangkapan terduga terorisme yang dilakukan Densus 88 berawal dari pengendusan pada Kamis (2/5). Yaitu ketika Densus 88 berhasil mencegat dua terduga terorisme di Bitung, Sulawesi Utara (Sulut). “Mereka yang ditangkap di Bitung berinisial RH dan M,” kata dia di Mabes Polri, Senin (6/5).
Dedi menerangkan RH dan M, pemuda 20-an tahun yang diduga akan bergabung dengan kelompok radikal Mujahidin Timur Indonesia (MIT) pimpinan Ali Kalora di Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng). “Masih ada beberapa nama lagi yang saat ini dalam pengejaran (di Bitung),” sambung Dedi.
Selanjutnya, kata Dedi, penangkapan terhadap RH dan M, didapatkan informasi tentang adanya rencana praktik terorisme di wilayah Jawa Barat (Jabar) dan Jawa Tengah (Jateng). Setelah penangkapan di Bitung, pada Sabtu (4/5), Densus 88 melebarkan informasi dengan melakukan penangkapan terhadap tiga nama di Bekasi, dan Tegal. Yakni, SL, AN, dan MC.
Densus 88 kembali melanjutkan penangkapan pada Ahad (5/5). Yaitu dengan melakukan penangkapan terduga terorisme lainnya, yakni SA,TA, dan AH di Bekasi. Terduga TA yang diduga sebagai pembuat bom, dinyatakan tewas setelah berusaha melawan petugas, dengan meledakkan dirinya sendiri. Sementara yang lainnya, berhasil ditangkap hidup.
Dedi menerangkan, sebetulnya delapan inisial terduga terorisme tersebut, berada dalam satu jaringan yang sama. “Mereka dari kelompok JAD (Jamaah Ansharut Daulah) yang dipimpina (Maman) Abdurrahman,” kata Dedi. Tetapi delapan inisial tersebut, punya klasifikasi keanggotaan yang berbeda. Di jaringan yang tertangkap kali ini, dipimpin oleh SL. “Kelompok SL ini sangat kuat. Mereka sudah dimonitor sejak 2014,” kata Dedi.