REPUBLIKA.CO.ID, SITANDIANG -- Pihak Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru mengklaim bahwa pembangunan PLTA tidak akan menimbulkan banjir di desa hilir atau kekeringan di sungai seperti yang selama ini dikhawatirkan beberapa pihak.
Senior Adviser on Environment and Sustainability PT NSHE Agus Djoko Ismanto menjelaskan, PLTA Batang Toru dirancang untuk melayani beban puncak dengan kapasitas 510 Megawatt (MW) yang dihasilkan dari 4 buah turbin yang digerakkan dari tenaga air dari kolam harian seluas 90 Hektare (Ha), akan menghasilkan listrik 2.124 GWh/tahun
Agus menjelaskan, salah satu fungsi PLTA ini adalah beban puncak listrik dari jam 18.00- 24.00 WIB. Sebelumnya ada persepsi bahwa PLTA hanya beroperasi 6 jam dan akan ditutup selama 18 jam, sehingga dinilai akan menimbulkan banjir.
"Jadi ada persepsi siang kering, malam banjir. Padahal ini beroperasi 24 jam. Di hilir airnya jalan terus," jelas Agus dalam journalist trip di Sitandiang, Tapsel, Kamis (2/5) lalu.
Dia menjelaskan, PLTA ini tidak memiliki waduk, sehingga tidak menyimpan air. Total air yang akan disimpan saat pertama kali beroperasi adalah 15 juta meter kubik di DAM yang akan dibangun pada lereng sempit yang menuju hilir sungai. Sebanyak 15 juta meter persegi tersebut diperlukan untuk menaikkan ketinggian, sehingga curahannya memenuhi operasional turbin.
"Pengisian yang pertama tidak dilakukan dengan menutup total. Bisa sangat kecil. Prinsipnya mengisi yang pertama tidak akan menyebabkan kekeringan di bawahnya," jelas Aji.
Selanjutnya, untuk ketersediaan air di DAM, air sungai akan ditampung sebanyak satu atau dua kali dalam sebulan, tergantung debit air yang tersedia. Setelah beroperasi, pada beban puncak, total air yang diperlukan selama 6 jam yaitu 3,4 juta meter kubik. Namun, karena air juga mengalir, maka terdapat pengurangan setengahnya yakni sekitar dua juta meter kubik yang akan diisi selama 18 jam.
Lebih lanjut Agus menjelaskan, penampungan air di DAM ini tidak akan menyebabkan sungai kekeringan. PLTA memiliki batas debit yakni sebesar 45 meter kubik per detik. Apabila masuk hari kering atau di bawah debit 45 meter kubik, maka air akan dialirkan semua. Selain itu, sungai terdampak, yakni Sungai Batangtoru, akan mendapat aliran air dari DAM ditambah anak-anak sungai.
"Jadi tidak akan kering. PLTA hanya menggunakan air mengalir," tegasnya.
Selain itu, PLTA juga memastikan bahwa operasional DAM tidak akan menyebabkan kebanjiran. Di hilir sungai terdapat empat desa yang sering mengalami banjir hingga empat kali dalam setahun yakni Desa Taman sari, Pulo Lobang, Benteng, dan Banjarmasin.
Sebelum PLTA ada, banjir terjadi saat debit air 325 meter kubik per detik. Sementara itu dalam operasi maksimum, PLTA memiliki kapasitas 200 meter kubik per detik.
"Jadi kalaupun disana terjadi banjir, itu bukan karena PLTA. Walaupun debit di sini kecil, di bawah bisa banjir karena anak-anak sungai, salah satunya sungai parsarirang," jelasnya.
PLTA Batangtoru diharapkan akan beroperasi pada tahun 2022 dan akan mensuplai energi sebesar 2.124 GWh per tahun yang berkontribusi terhadap 15 persen kebutuhan beban puncak Sumatra Utara pada saat itu.