Selasa 07 May 2019 05:00 WIB

Indef: Target Pertumbuhan Industri 5,4 Persen Sulit Tercapai

Pertumbuhan industri nasional pad kuartal pertama tahun 2019 hanya 3,86 persen.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Industri manufaktur
Foto: Prayogi/Republika
Industri manufaktur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Institute for Development of Economic and Finance Andry Satrio Nugroho menilai, target pemerintah terhadap pertumbuhan industri yang mencapai 5,4 persen sulit tercapai. Hal ini terlihat dari nilai pertumbuhan industri per kuartal pertama tahun 2019 yang hanya 3,86 persen.

Andri menilai, selama investasi masih belum membaik, terutama di sektor manufaktur, pertumbuhan industri akan sulit naik. Sedangkan, menurut data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi di sektor itu 22,7 persen. "Adanya kontraksi kita lihat dari investasi gedung dan mesin perlengkapan yang menjadi indikator penambahan modal," ujarnya ketika dihubungi Republika, Senin (6/5).

Baca Juga

Menurut catatan Badan Pusat Statistik yang dirilis Senin, laju pertumbuhan industri pengolahan pada kuartal pertama 2019 adalah 3,86 persen. Angka tersebut melambat dibanding dengan periode yang sama pada kuartal pertama tahun lalu, yaitu 4,60 persen ataupun kuartal pertama 2017 (4,28 persen).

Andry menuturkan, industri manufaktur harus tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi apabila pemerintah ingin pertumbuhan secarw nasional terdongkrak naik. 

Andry menilai, salah satu upaya yang bisa dilakukan pemerintah adalah mengeluarkan variabel migasnya dari manufaktur. Sebab, gejolak harga internasional dapat mempengaruhi pertumbuhan secara umum.

Namun demikian, Andry menambahkan, manufaktur non migas juga turun menjadi 4,8 persen di kuartal pertama 2019 dari 5,08 kuartal pertama 2018. "Nah kita lihat, ternyata memang imbas dari hambatan CPO masih terasa," ujarnya.

Dampak itu dapat dilihat dari industri makanan minuman, yang dominasi didalamnya dipenuhi oleh industri olahan kelapa sawit. Industri makanan minuman melambat hanya tumbuh 6,77, yang mana selama ini pertumbuhannya dapat double digit pada kuartal pertama.

Untuk menggenjot pertumbuhan ini, Andry menuturkan, pemerintah perlu meningkatkan ekspansi penambahan modal untuk sektor manufaktur. Dalam arti lain, investasi di sektor manufaktur perlu ditingkatkan, melampaui dominasi investasi masih di sektor jasa.

Andry menyebutkan, pekerjaan rumah pemerintah masih banyak. Secara sederhana, pemerintah perlu memberikan infrastruktur pasar dan infrastruktur dasar. "Pasar artinya apakah ada pasar di dalam negeri atau di luar. Dan apakah infrastruktur dasar seperti energi dan tenaga kerja, terjamin dan terjangkau," katanya.

Apabila menggunakan asumsi saat ini, Andry memperkirakan, pertumbuhan industri non migas manufaktur ada di kisaran 4,6 persen secara yoy. Selain itu, kemungkinan kalau harga komoditas masih belum cukup stabil,  maka migas di 4,3 secara yoy.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement