REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia beranggapan tidak ada alasan untuk mengandangkan Sukhoi Superjet 100 meski salah satu pesawatnya terbakar saat melakukan pendaratan darurat. Sebanyak 41 orang meninggal akibat pendaratan darurat Sukhoi pada Ahad (5/5).
Pendaratan darurat dianggap sebagai merupakan kemunduran serius terbaru bagi pesawat. Jenis ini adalah jet penumpang baru pertama yang dikembangkan di Rusia sejak jatuhnya Uni Soviet sekaligus pesawat yang dipamerkan oleh Moskow sebagai bukti bahwa pihaknya mampu memproduksi pesawat penumpang sipil berkualitias tinggi sendiri.
Para penyelidik mulai mencoba menggabungkan penyebab jet Aeroflot, yang terbang dengan rute Moskow - Murmansk, terpaksa melakukan pendaratan darurat dan penyebab pendaratan berlangsung dengan sangat buruk.
Berbagai versi sedang dipertimbangkan, termasuk kerusakan mesin, kesalahan ulah manusia, dan kondisi cuaca yang buruk.
Ditanya oleh awak media saat konferensi pers, apakah pesawat Sukhoi kini harus dikandangkan sambil menunggu hasil penyelidikan, Menteri Transportasi Rusia Yevgeny Ditrikh menjawab tidak ada alasan untuk tidak menerbangkan Sukhoi.
Tayangan TV pada Ahad (5/5) menunjukkan pesawat tersebut terbakar di landasan bandara Sheremtyevo Moskow saat melakukan pendaratan darurat. Pesawat buatan dalam negeri itu membawa 73 penumpang dan lima anggota kru.