REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Kementerian Luar Negeri Turki menyampaikan belasungkawa atas insiden kebakaran pesawat penumpang Rusia Aeroflot, yang menewaskan 41 orang. Penyelidik Rusia menyatakan, pesawat terbakar ketika melakukan pendaratan darurat di bandara Moskow.
"Kami menerima berita tentang hilangnya nyawa yang disebabkan oleh kecelakaan pesawat, yang terjadi di Bandara Sheremetyevo kemarin malam dengan sangat sedih," kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan, dilansir Anadolu Agency, Senin (6/5).
"Kami berbagi kesedihan dengan rakyat dan Pemerintah Rusia, menyampaikan belasungkawa kami kepada keluarga mereka yang kehilangan nyawa, berharap pemulihan yang cepat bagi yang terluka," lanjut pernyataan tersebut.
Pada tayangan televisi menunjukkan, kecelakaan Sukhoi Superjet 100 terjadi di sepanjang landasan di bandara Sheremetyevo, Moskow.
Banyak penumpang di SU 1492 melarikan diri melalui bagian darurat pesawat setelah pendaratan. Beberapa penumpang menyalahkan cuaca buruk dan kilat. Pesawat itu terbang dari Moskow ke kota Murmansk di Rusia utara. Pengawas penerbangan Rusia menyampaikan, pesawat mengangkut 73 penumpang dan lima awak.
Juru bicara Komite Investigasi Rusia, Svetlana Petrenko mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa hanya 37 dari 78 orang di pesawat yang selamat. Artinya, 41 orang telah tewas dalam peristiwa tersebut.
Komite Investigasi menyatakan telah membuka penyelidikan. Mereka tengah memeriksa terkait apakah pilot melanggar aturan keselamatan udara.
Kantor berita Interfax mengutip sumber informasi yang tidak disebutkan namanya, menyatakan evakuasi pesawat telah ditunda karena beberapa penumpang bersikeras untuk mengambil barang bawaan terlebih dahulu. Kantor berita Rusia melaporkan penumpang yang terluka saat ini dirawat di rumah sakit.
Layanan pelacakan Flightradar24 menunjukkan, pesawat berputar dua kali di atas Moskow sebelum pendaratan darurat setelah kurang dari 30 menit di udara. Interfax mengutip sebuah sumber yang mengatakan pesawat itu berhasil melakukan pendaratan darurat pada upaya kedua, tetapi beberapa sistem pesawat kemudian mengalami kegagalan. Kantor-kantor berita Rusia melaporkan pesawat itu diproduksi pada 2017 dan telah mengalami perbaikan pada April lalu.