REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Nawawi
Kehidupan dunia hakikatnya adalah ujian bagi setiap diri untuk mengetahui secara pasti siapa di antara kita yang terbaik amalan hidupnya (QS al-Mulk: 2). Siapa yang tidak ingin mendapat predikat terbaik di hadapan Allah SWT, tentu semua orang beriman sangat mendambakannya. Tetapi, perlu diingat bahwa berbuat yang terbaik menurut Allah SWT hanya bisa dilakukan oleh setiap Muslim yang mampu melakukan amalan-amalan ihsan. Oleh karena itu, mari hiasi diri kita dengan banyak melakukan amalan-amalan terbaik itu (ihsan).
Dalam Islam, gradasi ihsan berada di atas Islam dan iman. Oleh karena itu, seorang Muslim yang mampu berbuat ihsan adalah Muslim yang sangat mulia di hadapan Allah SWT. Rasulullah SAW pernah ditanya oleh Malaikat Jibril terkait arti ihsan. Rasulullah SAW menjawab, “Ihsan itu adalah kalian menyembah kepada Allah seakanakan kalian melihat-Nya. Kalaupun kalian tidak bisa mlihat-Nya, maka ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Melihat (apa yang kalian kerjakan).”
Artinya, setiap Muslim di perintahkan berupaya melakukan amalan-amalan terbaik yang dikehendaki Allah SWT dalam situasi dan kondisi apa pun. Inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam kehidupan. Beliau menyeru umat manusia untuk bertauhid kepada Allah SWT.
Tatkala Rasulullah SAW dihina, dicaci maki, dan di musuhi oleh kaum kafir Quraisy, beliau sedikit pun tidak memiliki rasa dendam kepada mereka. Bahkan, sekiranya ada kesempatan berbuat baik kepada mereka yang telah menghina dan membecinya itu, Rasulullah SAW akan selalu berusaha menjadi yang pertama mela kukannya.
Seperti sebuah riwayat yang menuturkan bahwa dahulu ada seorang kafir Quraisy yang selalu meludahi Rasulullah SAW tatkala beliau lewat di depan rumahnya menuju Ka’bah. Peristiwa itu berlangsung setiap saat ketika Ra sulullah SAW melintasi rumah orang kafir itu.
Suatu ketika Rasulullah SAW melintas seperti biasanya, tetapi saat itu tidak ada ludah yang mendarat di wajah beliau. Sekembali dari ibadah, Rasulullah SAW mencari tahu di mana gerangan orang yang suka meludahinya itu berada.
Ketika mendengar orang itu sakit, Rasulullah SAW bergegas menjenguk orang yang sangat membencinya itu. Sang kafir itu pun terenyuh, bingung, sekaligus bahagia tatkala melihat Rasulullah SAW datang menjenguknya. Di luar dugaan, orang yang awalnya sangat membenci Rasulullah seketika menjadi sangat cinta kepada nya.
Ibn Abi Hatim dalam Tafsir Fath Al-Qadir, Imam Al-Syau kani menuturkan bahwa suatu ketika Nabi Isa pernah ditanya tentang pengertian ihsan. Nabi Isa menjawab, “Bukanlah perbuatan itu disebut ihsan jika kalian membalas kebaikan orang yang berbuat baik kepadamu, tapi ihsan itu adalah ketika kalian mampu berbuat baik justru kepada orang yang berbuat jahat kepadamu.”
Oleh karena itu, hendaklah setiap diri bermujahadah (bersungguh-sungguh) untuk mampu mengerjakan amalanamalan baik (ihsan) atau me lakukan perkara-perkara yang terbaik ( ahsanu amala). Niscaya Allah akan memberikan jalanjalan kemudahan dan Allah akan selalu menyertai kehidup an kita (QS 29: 69).