Secara keseluruhan ada sekitar 1 juta spesies hewan dan tumbuhan yang terancam kepunahan dalam beberapa dekade ke depan, kata laporan terbaru Intergovernmental Science Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES).
Forum Ilmuwan PBB yang bersidang di Paris pekan lalu itu dalam laporan terakhirnya mengatakan, hilangnya keanekaragaman hayati yang terus-menerus akan merusak kemampuan dunia untuk mengurangi kemiskinan, keamanan pangan dan air dan peningkatan kesehatan manusia.
Laporan tersebut, yang pertama sejak 2005, memperingatkan konsekuensi serius bagi kemanusiaan dari kematian massal dan degradasi alam. Laporan IPBES yang menggabungkan kerja dari lebih 400 ilmuwan itu melukiskan gambaran suram, di mana hal-hal penting seperti makanan dan air minum terancam punah melalui penurunan spesies dan ekosistem.
Kerusakan alam yang belum pernah terjadi sebelumnya dan semakin cepat dalam 50 tahun terakhir telah didorong oleh perubahan dalam penggunaan lahan dan laut, eksploitasi makhluk hidup, perubahan iklim, polusi dan spesies invasif. Perkembangan ini juga didorong oleh perilaku masyarakat, mulai dari konsumsi hingga tata kelola.
Mengapa keanekaragaman hayati penting?
Tanpa lebah menyerbuki tanaman dan pohon mengubah karbon dioksida menjadi oksigen, kebutuhan dasar manusia seperti makan dan bernafas menjadi lebih sulit dipenuhi. Namun ada juga kerugian lain yang jarang menjadi sorotan, seperti penurunan tanaman obat dan hilangnya tanaman bakau yang melindungi garis pantai.
Sementara ini ada sekitar 1,5 juta spesies yang teridentifikasi di dunia. Para ilmuwan memperkirakan, jumlah sebenarnya mungkin mendekati sepuluh juta atau bahkan sampai dua miliar. Banyak organisme yang sangat kecil sehingga mereka hanya dapat diidentifikasi sebagai spesies berbeda melalui pengurutan DNA.
"Jika Anda berpikir tentang keanekaragaman hayati, Anda berpikir tentang harimau dan beruang kutub," kata Rebecca Shaw, kepala ilmuwan di World Wildlife Fund (WWF). "Spesies itu sangat penting - tetapi juga penting adalah spesies yang tidak pernah Anda lihat dan bicarakan."
"Tidak memperhatikan semua interaksi kompleks di dalam tanah - dan berpikir kita bisa memakai pupuk atau pestisida dan membiarkannya tetap menjadi tanah produktif yang sama ke generasi berikutnya - itu bodoh," kata Rebecca Shaw.
Laporan IPBES menemukan bahwa sekitar seperempat dari spesies tanaman dan hewan akan menghadapi kepunahan dalam beberapa dekade mendatang, kecuali jika segera diambil tindakan.
Bagaimana kita bisa menghentikannya?
Pada 2010, PBB mendeklarasikan "dekade keanekaragaman hayati" untuk mengurangi penurunan biodiversitas. Tetapi menurut laporan terbaru IPBES ini, dari 20 target yang ditetapkan anggotanya, hanya sedikit yang berhasil dilaksanakan. Laporan itu mengatakan, "upaya yang mendesak dan terkonsentrasi" masih dapat memperbaiki memulihkan alam sehingga tetp bisadigunakan secara berkelanjutan.
Untuk menghindari efek negatif dari hilangnya keanekaragaman hayati hingga tahun 2050 dan seterusnya dibutuhkan perubahan kebijakan "transformatif", tulis para penulis laporan IPBES. Mereka mengusulkan perangkat kebijakan yang luas, termasuk praktik pertanian berkelanjutan, memberikan insentif pengurangan konsumsi dan pengurangan limbah, menerapkan kuota penangkapan ikan yang efektif, dan mengupayakan pengelolaan air kolaboratif.
Para ilmuwan juga mengatakan, perilaku konsumen juga sangat penting untuk pelestarian ekosistem dan perbaikan perlindungan alam. Konsumen misalnya bisa memilih untuk mengurangi konsumsi daging sapi dan makan ikan yang bersumber dari cara produksi berkelanjutan. Para penulis juga menyoroti pentingnya mengembangkan sistem keuangan global yang menjauhi "paradigma terbatas" yang hanya menyoroti pertumbuhan ekonomi.
hp/vlz (dpa, rtr, afp)