REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pesawat Rusia yang mengalami kecelakaan masih penuh dengan bahan bakar tambahan. Bahan bakar itu kemudian terbakar setelah pendaratan yang cukup keras.
"Semuanya terjadi dengan kecepatan kilat. Ada pukulan kuat, mata saya hampir keluar, lalu ada asap, dan itu mulai membakar dengan segera," kata korban yang selamat, Marina Sitnikova seperti dikutip majalah Snob.
Api dengan cepat menghabiskan pesawat itu, menewaskan 41 dari 78 orang di dalamnya. Sehari setelah kecelakaan mengerikan di bandara Sheremetyevo, media berita Rusia mengutip pilot, Denis Evdokimov, yang mengatakan ia mengikuti prosedur terkait pendaratan dengan bobot berlebih.
Akan tetapi kru dilaporkan tidak membuang bahan bakar. Ini umum dilakukan untuk penerbangan yang harus mendarat segera, setelah lepas landas untuk mencegah pesawat menjadi terlalu berat.
Pilot mengatakan, dia tidak yakin mengapa pesawat mendarat dengan keras. Video menunjukkan kobaran api dari bagian bawah jet saat mendarat. Kemudian, menjalar di bagian belakang pesawat Sukhoi SSJ100 dalam beberapa detik.
Ketika pesawat berhenti, beberapa orang di dalamnya terjun ke bawah yang dikerahkan dari bagian depan pesawat. Beberapa dari mereka yang melarikan diri membawa barang-barang bawaan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa mengambil tas akan menunda evakuasi, padahal setiap detiknya menjadi begitu penting.
"Saya tidak tahu harus berkata apa tentang orang yang pergi dengan tas. Tuhan adalah hakim mereka," tulis salah satu penyintas, Mikhail Savchenko di Facebook.
Evdokimov mengatakan, pesawat itu telah kehilangan komunikasi radio karena sambaran petir. Seorang pramugari, Tatiana Kasatnika mengatakan, ada kilatan tajam setelah penerbangan Aeroflot lepas landas menuju kota Murmansk.
"Kami lepas landas, masuk ke awan, ada hujan yang lebat, dan pada saat itu ada letupan dan semacam kilat, seperti listrik," kata Kasatnika dalam sebuah video yang diposting di Youtube.
Agen investigasi utama Rusia menyatakan, kedua perekam penerbangan, data dan suara telah pulih. Juru bicara agensi Svetlana Petrenko mengatakan, para penyelidik sedang mencari tiga kemungkinan utama di balik penyebab bencana, diantaranya pilot yang tidak berpengalaman, kegagalan peralatan, dan cuaca buruk.