REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Banyak masjid megah berdiri di Benua Eropa. Beberapa di antaranya bahkan termasuk masjid bersejarah. Sebagian besar dibangun pada era 1980-an, tetapi ada pula yang telah ada sejak abad ke-13. Tak langsung menjadi masjid, beberapa awalnya merupakan gereja atau katedral yang karena di tinggalkan jamaahnya kemudian diambil alih kaum Muslim menjadi masjid.
Masjid Lala Mustafa Pasha
Sebelum menjadi Masjid Lala Mustafa Pasha, bangunan ini dikenal sebagai Katedral Saint Nicolas. Ini adalah bangunan abad pertengahan terbesar di Famagusta, Siprus Utara. Dibangun mulai 1298, kemudian difungsikan sebagai katedral Kristen pada 1328. Katedral diubah menjadi masjid setelah Kesultanan Turki Utsmani menguasai Famagusta pada 1571. Ayasofya, demikian nama indah yang disematkan pada masjid itu.
Karena ajaran Islam melarang penggambaran makh luk hidup, seperti manusia dan hewan, maka keberadaan patung dan lukisan makhluk hidup pada dinding dan kaca patri di interior bangunan ini dihapus. Pada 1954, nama masjid ini diganti menjadi Lala Mustafa Pasha.
Masjid Roma
Siapa bilang hanya ada gereja di Kota Roma? Di Ibu Kota Italia ini juga terdapat masjid megah, yakni Masjid Roma. Didesain oleh arsitek Italia, Paulo Porthogesi, masjid ini berdekatan dengan Kota Vatikan dan sinagoge Yahudi.
Berlokasi di area Pusat Budaya Islam di Roma, masjid ini merupakan yang terbesar di Italia dan Eropa Barat. Pembangunan Masjid Roma yang memakan waktu sekitar delapan tahun (1984-1992) terlaksana berkat dana bantuan dari beberapa negara Islam, secara khusus Kerajaan Arab Saudi yang menyumbang sebesar 50 juta dolar AS.
Ide untuk membangun masjid ini dicetuskan oleh Raja Arab Saudi Faisal bin Abdul Aziz pada sekitar 1970-an. Rencana itu kemudian dimatangkan pada 1974 ketika Presiden Italia Giovanni Leone berkunjung ke Arab Saudi. Saat pertemuan kedua pemimpin, Geovanni menyambut baik usulan Faisal.
Bahkan, ia berjanji akan menyediakan tanah untuk lokasi pembangunan masjid itu. Namun, ia memberi syarat, antara lain, pihak Raja Faisal harus menyediakan seluruh dana pembangunannya. Faisal langsung menyetujui.
Masjid Wina
Dengan menara setinggi 30 meter dan kubah berdiameter 20 meter, masjid di Ibu Kota Austria ini boleh jadi tak tergolong megah. Meski demikian, masjid ini istimewa mengingat aktivitas keislaman yang berlangsung di dalamnya. Selama lebih dari 30 tahun, masjid ini menjadi pusat kajian dan pengembangan Islam di Austria.
Vienna Islamic Center dibangun mulai 1975 dan rampung pada 1979. Masjid ini menjadi pusat kegiatan amaliah selama Ramadhan bagi Muslim Austria dan mampu mengakomodasi delapan persen dari 430 ribu Muslim di negeri ini.
Masjid ini merupakan rujukan bagi mualaf ketika ingin menggali pemahaman tentang Islam. Setiap bulannya, rata-rata dua hingga tiga warga asli Austria berkunjung ke masjid untuk mendapat pencerahan mengenai Islam dan bersyahadat.