Selasa 07 May 2019 17:38 WIB

Polisi Masih Berjaga di Masjid-Masjid Selandia Baru

Polisi Selandia Baru bertugas memberi rasa aman kepada umat Muslim yang beribadah.

Petugas kepolisian berjaga di depan Masjid Wellington saat pelaksanaan salat Jumat pertama pascapenembakan di dua masjid kota Christchurch pada Jumat (15/3) di Kilbirnie, Wellington, Selandia Baru, Jumat (22/3/2019).
Foto: Antara/Ramadian Bachtiar
Petugas kepolisian berjaga di depan Masjid Wellington saat pelaksanaan salat Jumat pertama pascapenembakan di dua masjid kota Christchurch pada Jumat (15/3) di Kilbirnie, Wellington, Selandia Baru, Jumat (22/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya menyatakan, polisi masih berjaga-jaga di masjid-masjid di Selandia Baru pascateror di Kota Christchurch pertengahan Maret lalu.

Para polisi ditugaskan untuk memberikan rasa aman kepada umat islam yang beribadah, terutama pada bulan suci Ramadhan. Saat Ramadhan diperkirakan jumlah umat Islam yang mendatangi masjid semakin bertambah.

Baca Juga

"Tetapi cara mereka menjaga juga tidak berlebihan. Jangankan di kota-kota lain, di Christchurch pun tempat teror pernah terjadi kehadiran polisi tidak terlalu terlihat, tetapi kota itu dijaga dengan baik," kata Tantowi di sela-sela press briefing mengenai penyelenggaraan pameran bisnis Pacific Exposition di kantor Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Selasa (7/5).

Menurut Tantowi, dunia perlu belajar dari Selandia Baru dalam penanganan krisis yang begitu besar dan tidak diperkirakan sebelumnya. Warga Selandia Baru yang selama ini dikenal sangat toleran dan damai tidak pernah membayangkan serangan terhadap umat agama tertentu bisa terjadi.

photo
Tantowi Yahya - Duta Besar Selandia Baru.

"Tetapi nyatanya mereka bisa menangani krisis dengan baik. Kurang dari satu minggu segala sesuatu di Christchurch bisa saya sebut kembali normal. Masyarakat sudah bekerja dan beraktivitas kembali, rasa takut itu tidak ada," kata Tantowi.

Hal tersebut sesuai dengan semangat yang ditanamkan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern agar masyarakat negaranya bersatu menghadapi krisis tanpa rasa takut. "Seluruh umat beragama di Selandia Baru bersatu padu membela umat Islam. Teror tersebut justru menjadi momentum memperkuat kerukunan umat beragama," tutur Tantowi.

Selain itu, pemerintah Selandia Baru tidak memberikan ruang publikasi bagi pelaku teror dengan tidak menyebut nama pria asal Australia tersebut. Kebijakan ini juga diikuti oleh media Selandia Baru.

"Itu dua hal yang menurut saya sangat-sangat brilian dalam konteks penanganan tindakan terorisme. Padahal, negara ini tidak pernah dites oleh hal-hal seperti ini," kata Tantowi.

Penembakan yang dilakukan di dua masjid di Kota Christchurch, 15 Maret 2019, mengakibatkan 51 korban meninggal dunia, termasuk di antaranya seorang WNI yang telah lama menetap di Selandia Baru.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement