REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino memiliki pengalaman semifinal dramatis pada leg kedua seperti yang akan dihadapinya saat melawan Ajax di leg kedua semifinal Liga Champion pada Kamis (9/5) mendatang. Spurs akan bertandang ke markas Ajax di Amsterdam dengan modal defisit agregat 0-1 dari Ajax.
Spurs memerlukan sesuatu yang spesial untuk melawan kubu The Dutch, yang belakangan tanpa terduga telah menyingkirkan Real Madrid dan Juventus. Namun ini adalah hal yang pernah Pochettino alami saat ia bermain di Amerika Selatan, ia familiar dengan keadaan seperti ini.
Pria asal Argentina ini merupakan bagian dari Newell's Old Boys yang berhasil mencapai final Piala Libertadores pada 1992 setelah membalikkan keadaan pada leg kedua melawan kubu Kolumbia, America de Cali. Pochettino yang saat itu berusia 20 tahun memberikan kontribusi bagi tim.
"Itu sangat gila, saya ingat gim itu, saat tidak ada yang percaya pada kami. Saya ingat semi final itu karena kami sangat berani. Sebenarnya kami tidak benar-benar berani, karena kami mencetak skor terlebih dahulu dan bertahan, kami juga mencoba melakukan serangan balik," kata Pochettino dikutip dari FourFourTwo, Selasa (7/5).
Pochettino mengaku kecewa dengan kekalahan yang dialaminya pada leg pertama melawan Ajax. Namun ia percaya setiap kemungkinan pasti ada jika Spurs meniru keberanian tim lamanya, Newell's pada 27 tahun lalu. "Ini memungkinkan. Sangat memungkinkan jika kamu bermain dengan berani dan dengan mental juara. Ini adalah hal yang terpenting," lanjut dia.
Dia memahami para suporter pasti sangat kecewa karena the Lily White mengalami ketertinggalan pada leg pertama. Dia pun mengaku para pemain seolah tidak bermain untuk semi final Liga Champion pada laga tersebut, itulah mengapa ia sangat kecewa atas kekalahan pada leg pertama. "Kami tidak mengartikan emosi atau peran bahwa kita sedang bermain untuk semifinal Liga Champions saat itu," jelasnya.