Rabu 08 May 2019 00:17 WIB

Pengamat: Demokrat Harus Menjaga Panggung Politik AHY

Demokrat harus menghitung apakah AHY tepat di kubu oposisi atau bergabung ke Jokowi.

Rep: Riza Wahyu Pratama/ Red: Andri Saubani
Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (kanan) didampingi Mensesneg Pratikno (kiri) memberikan salam kepada wartawan usai bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (2/5/2019).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (kanan) didampingi Mensesneg Pratikno (kiri) memberikan salam kepada wartawan usai bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (2/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik, Usep S Ahyar menjelaskan, Partai Demokrat membutuhkan panggung politik untuk kader-kader terbaiknya. Panggung tersebut bisa berada di koalisi pemerintah atau pun berada di oposisi, Selasa (7/5).

"Demokrat sampai saat ini harus menjaga agar kartu politik mereka tetap hidup. Bagaimana AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) tetap mendapatkan panggung politik untuk Pemilu 2024," kata Usep kepada Republika.

Ia mengatakan, Demokrat adalah partai yang bertumpu pada figur tokoh. Sehingga, tokoh yang menjadi figur sentral harus senantiasa muncuk di tengah masyarakat.

"Seperti SBY kan menjadi figur sentral Demokrat, sehingga mereka mendapatkan efek ekor jas dari SBY. Saat ini, AHY melanjutkan ketokohan tersebut," ujar Usep.

Kemudian, Usep menambahkan, Partai Demokrat harus melakukan kalkulasi politik secara matang. Termasuk apakah nantinya kemudian bergabung ke koalisi pendukung Jokowi.

"Hal itu untuk menentukan apakah panggung di koalisi pemerintah lebih sesuai dengan gaya AHY?" ucap Usep.

Di sisi lain, AHY juga dapat mencari panggung sebagai oposisi. Akan tetapi, menurut Usep, jika AHY ingin berlaga sebagai oposisi, posisi politiknya harus dipertegas.

"Kalau sikap politiknya di tengah seperti yang terjadi selama ini. Maka ia akan kalah sama Gerindra," tutur Usep.

Selanjutnya, Direktur Riset Populi Center itu menuturkan, Partai Demokrat sepertinya sedang melakukan penjajakan. Di satu sisi ia tetap berada di koalisi BPN Prabowo-Sandi. Akan tetapi, di saat yang sama, Partai Demokrat juga membangun komunikasi dengan Joko Widodo.

"Bisa jadi koalisi BPN memang sedang tidak solid. Apalagi setelah Andi Arief mengeluarkan cicitan soal 'setan gundul'," kata Usep.

Sebelumbya, Andi Arief lewat akun Twitter-nya mengatakan, terdapat 'setan gundul' yang memasok informasi sesat kepada Prabowo Subianto.

"Partai Demokrat hanya ingin melanjutkan koalisi dengan Gerindra, PAN, PKS, Berkarya dan Rakyat. Jika Pak Prabowo lebih memilih mensubordinasikan koalisi dengan kelompok setan gundul, Partai Demokrat akan memilih jalan sendiri yg tidak hianati rakyat," tulis Andi Arief dalam twitternya @AndiArief__.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement