REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI— Wafatnya sang ayah, telah mengubah jalur hidup Ana Meliana.Di usianya yang masih duduk di bangku kelas 5 Madrasah Ibtidayah di Pekalongan, Jawa Tengah, saat itu, Ana harus kuat menerima kenyataan tersebut. Namun justru hal itu menjadi penyemangat baginya. Dia kini menjadi seorang remaja yang hafizah Alquran 20 juz.
Beberapa kali sempat mengikuti lomba tilawah Alquran, Ana akhirnya merasakan menjadi juara 1 hafiz 10 juz dalam acara Seleksi Tilawatil Quran (STQ) yang diselenggarakan di Kota Cimahi. Baginya, keberhasilan tersebut buah dari kerja kerasnya selama ini.
"Saat kelas 5 MI, bapak meninggal. Mungkin kata ibu, bapak meninggal itu sudah jalannya. Bapak nggak ada, anak-anaknya terangkat. Bisa jadi bapak masih hidup, nggak akan begini (jadi hafizah)," ujarnya, Selasa (7/5).
Di usianya yang ke 17, Ana kini sudah menuntaskan 20 juz Alquran dan sekolahnya di Madrasah Aliyah (MA) Ponpes Misbahunnur, Kota Cimahi. Ke depan, dia berharap bisa melanjutkan kuliah di Yaman atau di Mesir dengan menggunakan beasiswa.
Sebelum hafiz 20 juz, Ana saat duduk di bangku kelas 8 Madrasah Tsanawiyah (MTs) mulai belajar menghafal Alquran. Saat itu, dia mengaku menghafal terlebih dahulu juz ke 30 kemudian dilanjutkan ke juz 1. Kemampuannya hafalannya semakin terasah karena dibantu kakaknya yang telah hafiz 30 juz.
"Kakak juga hafal 30 juz. Menghafal pertama dibaca dan dihafal sendiri, kalau hafal satu halaman disema'an sama kakak. Kalau lancar diulang terus tambah lagi," katanya.
Ana Meliana (17), santri sekaligus hafiz Al-quran 20 juz di pondok pesantren Misbahunnur, Cimahi. Remaja kelas 12 MA ini pernah juara 1 STQ Kota Cimahi.
Dengan proses pembelajaran tersebut, Ana mengungkapkan dalam sehari bisa menghafal lima lembar Alquran. Hingga saat menuntaskan pendidikan di MTs sudah bisa menyelesaikan hapalan empat juz. Hal itu pula yang membuat dirinya mendapatkan beasiswa belajar penuh di MA Misbahunnur.
"Masuk ke sini (Misbahunnur) udah 4 juz sama juz ke 30. Tapi yang kepegang hanya juz 30. Saat kelas 10, enam bulan pertama ngulangin lagi juz 30 dan benerin tajwidnya," katanya.
Sejak itu, dia mengungkapkan langsung menghafal juz 1 dan seterusnya. Hingga saat duduk di kelas 11, dirinya mengaku sudah hafiz 9 juz. Kemudian berlanjut pada kelas 12, mengikuti program menghafal Alquran dan memperoleh hafalan 15 juz.
Sedangkan di semester pertama kelas 12, dia menuntaskan 20 juz. "Cara belajar di sini lebih enak, suasana pesantren. Bisa menghafal tiap malam. Kalau di rumah dulu, ada mainnya. Di sini lebih fokus," katanya.
Dengan kemampuannya menghafal 20 juz, dia mengaku ingin membanggakan orang tua dan memberikan mahkota di surga. Anak keempat dari lima bersaudara ini mengaku dua kakaknya sendiri juga adalah seorang hafiz.
Sejak hidup bersama Alquran, Ana mengaku lebih tenang dalam menghadapi masalah. Bahkan, masalah bisa hilang. Padahal, sebelum bisa belajar menghafal, dia mengaku sering temperamen. Perubahan itu dia rasakan karena menghafal Alquran tidak boleh disertai rasa marah.
Sepanjang perjalanan menghafal Alquran, dia mengaku satu hal yang harus konsisten dilakukan adalah istiqamah dalam belajar menghafal. "Dalam menghafal Alquran harus istiqamah. Daripada banyak tapi gak lancar. Insya Allah bisa 30 juz," ungkapnya.