Rabu 08 May 2019 08:17 WIB

Cina Hancurkan Puluhan Masjid di Xinjiang

Pemerintah Cina melakukan genosida budaya kepada Muslim di Xinjiang.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Seorang lelaki Uighur memasuki Masjid Id Kah untuk melaksanakan shalat  di kota tua Khasgar, Daerah Otonomi Xinjiang Uighur, China.
Foto: Thomas Peter/Reuters
Seorang lelaki Uighur memasuki Masjid Id Kah untuk melaksanakan shalat di kota tua Khasgar, Daerah Otonomi Xinjiang Uighur, China.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menurut laporan terbaru, setidaknya 31 masjid dan dua tempat suci Islam utama di Xinjiang, Cina sebagian atau seluruhnya telah dihancurkan sejak 2016. Saat ini, Cina sedang meningkatkan tindakan keras yang menargetkan kaum Muslim di wilayah tersebut.

Sebuah investigasi oleh The Guardian dan situ investigasi Bellingcat, yang diterbitkan pada Selasa (7/5), berdasarkan analisis citra satelit, 15 masjid dan dua tempat suci tampaknya telah sepenuhnya atau hampir dihancurkan. Wisma, kubah, dan menara bangunan telah dihancurkan.

Baca Juga

"Pembongkaran masjid hanyalah ibarat puncak gunung es ketika datang ke penumpasan brutal Cina terhadap 12 juta Muslim Uighur yang tinggal di Xinjiang," kata seorang jurnalis dan penulis yang telah mengumpulkan kesaksian dari puluhan pengungsi Uighur, CJ Werleman, dilansir di Aljazirah, Rabu (8/5).

"Laporan yang dapat dipercaya dan dikuatkan menunjukkan bukti pihak berwenang mengerahkan seluruh langkah-langkah represif untuk melakukan apa yang hanya dapat digambarkan sebagai genosida budaya, termasuk pembentukan jaringan kamp konsentrasi, laporan penyiksaan, pernikahan paksa, dan adopsi dan program sterilisasi," ujar Werleman.

Di antara situs yang hancur total adalah Imam Asim yang menarik ribuan peziarah Uighur setiap tahun. Masjid dan bangunan lainnya telah dirobohkan dan hanya makam yang tersisa.

photo
Muslim Uighur.

Seorang sejarawan Islam di Universitas Nottingham, Rian Thum menyebut gambar-gambar Imam Asim dalam reruntuhan sebagai sesuatu yang cukup mengejutkan.

"Tidak ada yang bisa mengatakan lebih jelas kepada orang Uighur bahwa Cina ingin mencabut budaya mereka dan memutuskan hubungan mereka dengan tanah dan menodai leluhur mereka, tempat suci yang menjadi pusat penting sejarah Uighur," kata Thum.

Panel hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan tahun lalu, telah menerima laporan yang kredibel Cina menahan lebih dari satu juta etnis Uighur dan Muslim lainnya. Cina menyebut tempat itu sebagai pusat pelatihan kejuruan, yang bertujuan membendung ancaman ekstremisme Islam.

Aktivis menyatakan mempraktikkan agama Islam dilarang di beberapa bagian Cina. Orang-orang yang shalat, puasa, menumbuhkan jenggot, atau mengenakan jilbab menghadapi ancaman penangkapan.

Menurut Human Rights Watch, Cina menyimpan sebuah basis data sampel DNA, sidik jari, pemindaian iris mata, dan golongan darah semua penduduk antara usia 12 dan 16 tahun di Xinjiang. Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Michelle Bachelet telah meminta akses ke Xinjiang untuk menyelidiki  penahanan sewenang-wenang di wilayah tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement