REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena mengatakan, 99 persen tersangka yang tersisa dalam serangan Paskah telah ditangkap. Ia mengatakan negaranya aman bagi wisatawan.
"Negara ini berada dalam posisi aman sekarang. Divisi intelijen kami telah mengidentifikasi berapa banyak teroris di sana dan 99 persen dari mereka telah ditangkap. Satu atau dua mungkin belum berhasil dibekuk, namun mereka juga akan ditangkap," kata Sirisena, Selasa (7/5).
Sirisena berbicara beberapa jam setelah laporan sementara diajukan untuk memeriksa mengapa pasukan keamanan tidak mengindahkan informasi intelijen India terkait serangan bom Paskah. Sirisena menolak membahas laporan itu, tetapi mengatakan kepala divisi keamanan gagal mengambil langkah-langkah yang tepat.
Dia mengungkapkan, semua bahan peledak, senjata, rumah persembunyian dan pusat pelatihan tersangka telah ditemukan. Ini berlangsung 16 hari setelah bom bunuh diri terjadi.
Penjabat kepala polisi, C.D. Wickramaratne mengatakan dalam sebuah pernyataan, Senin, pihak berwenang juga menyita alat peledak improvisasi dan ratusan pedang. Petugas juga menyita sejumlah uang 140 ribu dolar Amerika Serikat (AS) dalam bentuk tunai di rekening bank dan 40 juta dolar AS dalam aset termasuk tanah, rumah, kendaraan, dan perhiasan yang terhubung dengan para tersangka.
Ia menyampaikan, hal-hal itu tidak ditemukan sebelumnya karena kelemahan di divisi intelijen Sri Lanka. Para pejabat menyatakan pengeboman bunuh diri saat Paskah terkoordinasi. Ini dilakukan oleh militan Sri Lanka yang menargetkan gereja yang penuh orang dan hotel-hotel mewah di ibu kota Kolombo.
Sejak perang saudara Sri Lanka berakhir satu dekade yang lalu, negara itu telah membangun sektor pariwisata yang luas. Mereka menarik para pengunjung ke pantai, margasatwa, dan kuil-kuil kuno.
Sirisena berada di luar negeri dalam perjalanan pribadi ke Singapura pada hari serangan. Setelah kembali, ia menuntut pengunduran diri menteri pertahanan dan kepala polisi.
Sirisena mengatakan, kekerasan itu bukan masalah khusus untuk Sri Lanka. Ia menganggapnya sebagai terorisme global. Ia mengatakan, negara-negara yang memerangi terorisme internasional telah secara sukarela mengirim para pakar intelijen ke negaranya.