Kamis 09 May 2019 08:18 WIB

Dinasti Mamluk Hentikan Ekspansi Pasukan Timur Lenk

Pasukan Timur Lenk sudah berhasil menduduki hampir seluruh dunia Islam.

Pasukan Dinasti Mamluk (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Pasukan Dinasti Mamluk (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Peter M Holt dalam bukunya The Cambridge History of Islam menulis tentara yang berasal dari suku Kurdi, suku asal Salahuddin, merupakan saingan utama Mamluk Bahri. Ketika al Malik wafat tahun 1249 M, putranya Turansyah naik takhta sebagai sultan. Golongan Mamluk Bahri merasa terancam karena Turansyah lebih dekat dengan tentara Kurdi.

Karena itulah, pada tahun 1250 M kaum Mamluk Bahri dipimpin Aybak dan Baybars berhasil membunuh Turansyah. Syajarah a-Durr sebagai ibu suri yang berasal dari golongan Mamluk berusaha mengambil kendali pemerintahan dan menikah dengan Aybak.

Baca Juga

Dalam buku al-Nujum al-Zahirah fi Muluk Mishr wa al-Qahirah, Jamaluddin Abu al-Mahasin Yusuf ibn Taghribardi menulis bahwa kepemimpinan Syajarah al-Durr hanya bertahan tiga bulan. Ia dibunuh oleh Aybak yang mengambil alih ke kuasaan dan mengangkat seorang keturunan Dinasti Ayyubiyah, Musa, sebagai sultan meski Aybak tetap bertindak sebagai pe nguasa tertinggi.

Namun, Musa akhirnya dibunuh pula oleh Aybak, menandakan akhir dari Dinasti Ayyubiyah dan awal Dinasti Mamluk di Mesir. Aybak berkuasa selama tujuh tahun (1250-1257 M). Setelah meninggal, ia digantikan oleh putranya Ali yang masih berusia muda. Ali kemudian mengundurkan diri pada 1259 M dan digantikan oleh wakilnya, Qutuz. Saat Qutuz naik takhta, Baybars yang mengasingkan diri ke Suriah karena tidak senang dengan kepemimpinan Aybak, kembali ke Mesir.

Nah, pada awal 1260 M itulah Mesir terancam oleh serangan Mongol yang dipimpin Timur Lenk yang sudah berhasil menduduki hampir seluruh dunia Islam di dari Persia, Irak, sampai Suriah. Pasukan Dinasti Mamluk dan Mongol bertemu di Ayn Jalut, Palestina, pada 13 September 1260 M. Tentara Mamluk dipimpin Qutuz dan Baybars berhasil menghancurkan pasukan Mongol yang sedang tak di pimpin langsung oleh Timur Lenk.

Philip K Hitty dalam bukunya History of the Arabs menulis, kemenangan tentara Muslim Mesir atas tentara Muslim Mongol tersebut membuat Dinasti Mamluk menjadi tumpuan harapan umat Islam sekitarnya. Banyak dinasti-dinasti kecil yang akhirnya menyatakan kesetiaannya pada Mesir, salah satunya adalah Suriah.

Setelah Sultan Qutuz wafat, Baybars kemudian menggantikannya memimpin Dinasti Mamluk mulai 1260 M hingga 1277 M. Baybars adalah sultan terbesar dan termasyhur di antara 47 sultan Dinasti Mamluk lainnya. Pada masa pemerintahannya, Baybars berhasil mengorganisasi angkatan perang, membangun kembali angkatan laut, memperkuat benteng, menggali sejumlah kanal, memperbaiki pelabuh an, serta menghubungkan Kairo dan Damaskus dengan layanan burung pos yang hanya butuh waktu empat hari.

Sultan yang bernama lengkap al- Malik al-Zhahir Rukn al-Din Baybar al Bunduqdari ini pada awalnya adalah seorang budak dari Turki yang pada usia muda dijual ke Damaskus seharga 800 dirham. Ia kemudian dikembalikan lagi oleh pembelinya karena terdapat cacat di salah satu mata birunya.

sumber : Mozaik Republika
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement