Kamis 09 May 2019 07:58 WIB

Kurang Dana, 1.700 Warga Palestina Terancam Diamputasi

7.000 warga Palestina memiliki luka tembak di kaki bagian bawah.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Warga Palestina mengevakuasi seorang pria yang terluka setelah Israel melakukan serangan udara di Jalur Gaza.
Foto: Reuters/Mohammed Salem
Warga Palestina mengevakuasi seorang pria yang terluka setelah Israel melakukan serangan udara di Jalur Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Koordinator Kemanusiaan PBB untuk wilayah Palestina, Jamie McGoldrick mengatakan, kurangnya dana kesehatan di Gaza membuat 1.700 orang yang ditembak pasukan keamanan Israel mungkin harus diamputasi dalam dua tahun ke depan, Rabu (8/5).

"Anda memiliki 1.700 orang yang membutuhkan operasi serius dan rumit agar mereka dapat berjalan lagi," kata McGoldrick.

Baca Juga

McGoldrick mengungkapkan, 29 ribu orang Palestina terluka dalam protes pada tahun lalu. Sebanyak 7.000 dari mereka memiliki luka tembak, sebagian besar di bagian bawah kaki.

"Mereka adalah orang-orang yang telah ditembak selama demonstrasi dan yang membutuhkan rehabilitasi sangat, sangat serius dan operasi rekonstruksi tulang kompleks selama dua tahun sebelum mereka mulai merehabilitasi diri mereka sendiri," ujar McGoldrick.

Ia mengatakan, tanpa prosedur itu, semua orang ini berisiko diamputasi. PBB mencari 20 juta dolar Amerika Serikat (AS) untuk mengisi kesenjangan dalam pengeluaran kesehatan.

Kurangnya dana untuk Program Pangan Dunia (WFP) dan UNRWA, badan kemanusiaan PBB yang mendukung warga Palestina, juga berarti mungkin ada gangguan pasokan makanan untuk satu juta orang.

"Jika itu berhenti, tidak ada alternatif bagi orang untuk membawa makanan dari sumber lain, karena mereka tidak memiliki daya beli," ucap McGoldrick.

Juru bicara WFP, Herve Verhoosel mengatakan, kurangnya dana berarti WFP telah memotong bantuan untuk 193 ribu orang tahun ini di Tepi Barat dan Gaza. Sebanyak 27 ribu tidak mendapatkan apa-apa, dan sisanya hanya mendapat delapan dolar AS per bulan, bukan 10 dolar AS seperti biasanya.

Sekitar dua juta warga Palestina tinggal di Gaza. Kondisi ekonomi telah menderita selama bertahun-tahun, dengan blokade Israel dan Mesir serta pemotongan bantuan asing baru-baru ini dan sanksi oleh Otoritas Palestina, saingan Hamas yang berbasis di Tepi Barat.

Sistem kesehatan juga dalam kondisi buruk,dengan gaji tidak dibayar dan peralatan tak layak. Lalu banyak profesional medis telah pergi jika mereka dapat menemukan peluang di tempat lain.

Ia mengatakan, satu rumah sakit pendidikan sekarang hanya mengajarkan pengobatan trauma. Namun, para dokter di lapangan tidak memiliki kemampuan teknis melakukan perawatan yang diperlukan bagi orang-orang yang berisiko diamputasi. McGoldrick mengatakan, sudah ada 120 amputasi, dan 20 di antaranya pada anak-anak, dalam satu tahun terakhir.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement