Kamis 09 May 2019 10:21 WIB

Istanbul, Lahir dari Reruntuhan Konstantinopel

Sebelum penaklukan Ottoman, Konstantinopel banyak ditinggalkan warganya.

Red: Agung Sasongko
Istanbul
Foto: visit2istanbul.com
Istanbul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa jam setelah pasukan Turki Usmani (Ottoman) berhasil merebut Kota Konstantinopel dari tangan tentara Bi zantium pada 29 Mei 1453, Sultan Mehmet II memasuki kota itu dari Gerbang Adrian (Adrianople) yang kemudian diberi nama Edirne Kapi. Sang penakluk lalu mengendarai kudanya menuju Hagia Sofia, sebuah katedral yang melambangkan Kebijaksanaan Ilahi.

Sebelum memasuki bangunan gereja me gah itu, dia turun dari kudanya dan bersimpuh. Sultan kemudian menaburkan sejumput debu tanah ke atas turbannya sebagai bentuk rasa syukur dan takzim mengingat nama Hagia Sofia dihormati, baik oleh kalangan Muslim maupun Kristen. Setelah meninjau bangunan gaya Yunani itu, dia memerintahkan untuk mengubahnya menjadi masjid dengan tetap mempertahankan nama lamanya, Aya Sofia Kabir atau Masjid Agung Hagia Sofia.

Kekaisaran Romawi Timur membangun Konstantinopel di daratan sebelah selatan perairan muara sungai yang bernama Golden Horn, di sisi barat Selat Bosporus yang meng hubungkan Laut Hitam dan Laut Maramara. Ada juga bagian kota yang berada di seberang utara perairan Golden Horn yang dikenal dengan nama Galata.

Konstantinopel lama terletak di daratan Benua Eropa saat ini, dikelilingi tembok yang membentengi tujuh bukit. Setelah inspeksi Hagia Sofia, sultan menyempatkan diri meme riksa reruntuhan Istana Bizantium yang terletak di lereng Bukit Pertama. Istana itu telah ditinggalkan sejak bangsa Yunani merebut Konstantinopel dari tangan penguasa Romawi Latin pada 1263 atau penaklukan pertama Konstaninopel.