Kamis 09 May 2019 09:14 WIB

IPC Perkuat Kerja Sama dengan Pelabuhan Guangzhou

IPC menjajaki kerjasama investasi guna merespons meningkatnya trafik perdagangan.

Rep: retno wulandhari/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah kapal melakukan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (18/3/2019).
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Sejumlah kapal melakukan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (18/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) (IPC) kembali memperpanjang kerja sama Program Sister Port dengan otoritas pelabuhan di Cina. Kali ini, perpanjangan kerja sama dilakukan dengan Otoritas Pelabuhan Guangzhou, di Provinsi Guangdong, Cina. Dua pekan lalu, perpanjangan kerjasama serupa ditandatangani dengan Pelabuhan Ningbo, RRC.

“Lewat kerja sama ini kami berbagi pengalaman dan keahlian di bidang manajemen dan operasi kepelabuhanan. IPC juga menjajaki kerjasama investasi guna merespons meningkatnya trafik perdagangan global,” kata Direktur Utama IPC, Elvyn G. Masassya, melalui keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (8/5).

Penandatangan MoU dilakukan di sela-sela Konferensi Pelabuhan Dunia 2019, Guangzhou (International Association of Ports & Harbors - Guangzhou 2019 World Ports Conference). Di event tersebut IPC juga menjajaki kerja sama dengan Pelabuhan Sabah, Malaysia.

Elvyn mengatakan, kerja sama regional dan global sudah menjadi tuntutan di tengah meningkatnya trafik pelayaran antarbenua. Mengutip laporan Badan Perdagangan, Investasi dan Pembangunan PBB (Review of Maritime Transport UNCTAD, 2018) volume perdagangan global terus naik dengan pertumbuhan rata-rata 3,8 persen per tahun, hingga 2023.

Pada 2017, volume perdagangan global mencapai 10,7 miliar ton atau tumbuh 4 persen. Arus petikemas global mencapai 752 juta TEUs, atau naik 6 persen. Dari kenaikan itu, pertumbuhan tertinggi terjadi di Asia, yang mencapai 64 persen.

“Ini adalah potensi yang sangat bagus. IPC dan Pelabuhan Guangzhou sepakat berinvestasi dan bekerja sama memanfaatkan potensi tersebut,” kata Elvyn.

Di ajang Konferensi IAPH 2019 itu, Elvyn memaparkan peluang baru pelabuhan, terkait Belt & Road Initiative yang digagas Cina, sebagai upaya memperkuat kerja sama perdagangan antar negara di Asia dan Eropa melalui jalur sutra maritim. Menurut Elvyn, pihaknya telah mempersiapkan Tanjung Priok agar bisa menjadi pelabuhan hub terbesar di Asia Tenggara.

Sebagai gerbang utama kargo internasional, Tanjung Priok akan mengkonsolidasi arus barang ekspor impor dari dan ke Indonesia. IPC juga menginisiasi Integrated Port Network atau jaringan kepelabuhanan terintegrasi yang disebut sebagai Trilogi Maritim.

"Kami yakin ini menjadi solusi penurunan biaya logistik melalui 3 pilar, yakni standarisasi pelabuhan, aliansi pelayaran dan pengembangan industri yang terkoneksi dengan pelabuhan,” kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement