REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN — Raja Luat Sipirok gelar Sutan Parlindungan Suangkupon, Edward Siregar, meminta Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) berhenti menyebarkan informasi yang tidak benar mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru, Tapanuli Selatan. Lembaga itu disarankan membuka diri untuk berdialog dan mencari sumber informasi yang benar.
"Jangan lagi disebarkan informasi yang salah. Kalau tidak setuju, mari berdialog. Bertemu dengan masyarakat sini. Kita selalu terbuka. Datanglah. Jumpai kami di sini. Tapi jangan menyebarkan informasi yang salah," kata Edward Siregar yang berbicara didampingi tokoh adat Tawari Siregar gelar Mangaraja Tenggar di Sipirok, Tapanuli Selatan, Selasa (7/5).
Sebelumnya Manager Harian Program Batangtoru YEL Burhanuddin dalam keterangan di media menyatakan, pembangunan PLTA Batangtoru dengan pembukaan jalan pembangunan bendungan dapat mengakibatkan koridor atau perlintasan spesies langka orang utan dari blok Barat ke blok Timur dan blok Selatan terputus.
Padahal koridor itu sudah terputus secara alami karena sungai Batangtoru yang lebar. Justru saat ini PLTA saat ini berupaya membangun beberapa koridor dan sangat menjaga satu kanopi hutan yang dapat menghubungkan blok barat dan blok timur. Juntaian dahan pohon itu berada di Dusun Sitandiang, Desa Bulu Mario, Kecamatan Sipirok, Tapanuli Selatan.
Selain itu, ada juga tudingan tentang ancaman kepunahan Orangutan tapanuli karena proyek tersebut. Tudingan ini sama saja menampik pernyataan yang sudah berulang kali disampaikan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK).
Sebelumnya Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK Wiratno memastikan keberadaan orangutan aman dari aktivitas pembangunan PLTA Batang Toru. Dalam ekosistem Batangtoru yang demikian luas, ada beberapa orangutan yang kerap beraktivitas di sekitar areal pembangunan. Namun, tidak ada yang pernah mengusik mereka sehingga Dirjen KSDAE Wiratno menyatakan berkali-kali, orangutan dan satwa liar lain tetap aman.
Saat ini pun ada satu tim yang terus memantau perkembangan orangutan di kawasan itu, memastikan keberadaan orang utan tetap terjaga. Pesan Raja Luat itu juga ditujukan kepada Onrizal, ahli mangrove yang juga pengajar Universitas Sumatera Utara (USU). Dalam pernyataan di media, Onrizal menyebutkan, sebagai efek operasional PLTA maka air sungai Batangtoru akan mengalir selama enam jam saja. Padahal, sebetulnya sungai tetap mengalir selama 24 jam seperti keadaan normalnya.
Data palsu
YEL dan LSM asing beserta peneliti asing yang berkampanye hitam menolak PLTA Batang Toru diduga menggunakan sumber data salah sehingga menjadi hoaks. Hasil riset yang keliru itu malah sudah diakui pihak yang membuatnya karena faktanya salah, namun informasi keliru itu justru terus disuarakan LSM-LSM asing tersebut.
Tawari Siregar menyatakan, dua pihak yang berbeda pendapat terbuka lebar peluang duduk bersama untuk menyatukan persepsi tentang pembangunan proyek strategis nasional ini. Pengelola PLTA pun bersedia berdiskusi dan mengkaji berbagai aspek secara ilmiah. Jadi titik temunya ada.
"Pembangunan pembangkit listrik ini bukan untuk masyarakat Sipirok saja, atau Tapanuli Selatan saja, tapi untuk Indonesia. Manfaatnya bisa dirasakan seluruh masyarakat, hanya saja kebetulan dibangun di Sipirok ini. Sudahlah. Mari kita bersama untuk Indonesia ini," ujar Tawari Siregar.