REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Kementerian ESDM merencanakan pengembangan pemanfaatan biodiesel 100 pada kendaraan bermotor. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan energi alternatif.
Baru-baru ini Kementerian Pertanian (Kementan) meluncurkan uji coba perdana produk B100 untuk menjawab tantangan global terhadap energi terbarukan melalui penggunaan bahan pertanian. Dukungan terhadap pengembangan dan peningkatan penggunaan B100 datang dari berbagai pihak, salah satunya dari Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Komponen terpenting dalam pengembangan B100 adalah reaktor yang mampu mengolah minyak nabati menjadi B100 yang memenuhi standar SNI. Salah satu reaktor biodiesel di instalasi Balittri adalah multifungsi. Kapasitasnya mampu mengolah 400 liter/5 jam. Mampu menghasilkan minyak nabati dengan ALB tinggi.
Biodiesel 100 persen
Reaktor itu dapat mengolah berbagai jenis minyak nabati. “Dilengkapi methanol recovery dan memiliki monitor display untuk melihat pemisahan biodiesel dari gliserol dalam tabung pemisah di bawah tabung reaktor,“ ujar Kepala Balitri, Deden Syafaruddin dalam Rapat Pertemuan Koordinasi peningkatan penggunaan B100 pada kendaraan bermotor dengan Kementerian ESDM di ruang rapat Balitri Kamis (9/5)
B100 merupakan biodiesel dengan kandungan 100 persen bahan bakar nabati. Produk ini mulai digunakan untuk mobil dinas dan alat pertanian di lingkup Kementerian Pertanian. Ini merupakan B100 yang berasal dari crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah. B100 berbahan CPO ini telah dianalisis di Laboratorium Lemigas dengan hasil telah memenuhi spesifikasi Biodiesel SNI 7182-2015.
Pengembangan B100 dari CPO ini merupakan langkah strategis Pemerintah untuk dapat mengontrol harga ekspor-impor minyak sawit dunia. Sekaligus salah satu jalan keluar adanya black campaign dari masyarakat Eropa terhadap persawitan Indonesia.
Balittri tidak hanya menghasilkan B100 berbahan baku CPO, akan tetapi telah menghasilkan B100 dari berbagai macam tanaman penghasil biodiesel. Seperti kemiri sunan, jarak pagar, biji karet, bintaro, nyamplung, pongamia, kepuh dan kesambi.
Di antara tanaman-tanaman tersebut kemiri sunan merupakan tanaman penghasil biodiesel yang paling potensial. Selain menghasilkan BBN tanaman kemiri sunan juga dapat ditanam di aeral suboptimal, reklamasi lahan bekas tambang, penyerap karbon dan penahan air tanah yang baik.
“Dalam rapat pertemuan koordinasi tersebut peserta dari Kementerian ESDM menyempatkan untuk mengunjungi instalasi produksi biodiesel di wilayah Agrowidya Wisata Ilmiah (AWI) Balittri. Komponen terpenting dalam pengembangan B100 adalah reaktor yang mampu mengolah minyak nabati menjadi B100 yang memenuhi standar SNI, “ ucap Deden.