Jumat 10 May 2019 12:57 WIB

Mengenal Sosok Abdurrahman Bin Auf

Sebelum memeluk Islam, nama aslinya Abdul Ka'bah atau Abd Amr dalam riwayat lain.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi kafilah dagang di gurun pasir
Foto: saharamet.org
Ilustrasi kafilah dagang di gurun pasir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Semasa hidupnya, Nabi Muhammad SAW dikelilingi oleh para sahabat yang luar biasa. Tanpa keraguan, mereka senantiasa mendukung dakwah Rasulullah, baik lewat harta, waktu, maupun tenaga.

Para sahabat Nabi juga dikenal dengan kecerdasan, kekuatan, serta kedermawanan yang luar biasa. Salah satunya Abdurrahman bin Auf bin. Pria yang lahir 10 tahun setelah Tahun Gajah itu termasuk orang pertama yang memercayai Nabi Muhammad lalu masuk Islam.

Sebelum memeluk Islam, nama aslinya Abdul Ka'bah atau Abd Amr dalam riwayat lain. Kemudian, setelah bergabung dengan kaum Muslimin, Rasulullah menggantinya dengan Abdurrahman. Sejarah mengenalnya sebagai sahabat Nabi paling kaya raya sekaligus dermawan.

Abdurrahman pernah mengeluar kan 200 uqiyah emas (1 uqiyah setara 31,7475 gram) demi memenuhi kebutuhan logistik selama Perang Tabuk. Saat Nabi Muhammad menyeru kepada umat Islam untuk berinfak di jalan Allah, Abdurrahman pun tanpa pikir panjang langsung menyumbangkan separuh hartanya.

Dia pun pernah memberikan santunan kepada veteran Perang Badar yang jumlanya mencapai seratus orang, masing-masing mendapatkan santunan 400 dinar. Abdurrahman memang sangat pandai dalam berbisnis. Semua kekayaannya pun merupakan hasil perdagangan.

Ketika para sahabat hijrah ke Madinah atas perintah Rasulullah, kaum Anshar rela berbagi harta kekayaan mereka dengan para Muhajirin. Akan tetapi, saat itu Abdurrahman menolak harta dari sahabat Anshar, ia justru bertanya lokasi pasar. "Tolong tunjukkan padaku di mana arah pasar?" katanya.

Konon, Abdurrahman memiliki tangan emas, sebab semua bisnis atau perdagangan yang dikelolanya pasti berhasil. Walau demikian, Abdurrahman tidak hanya berdakwah lewat harta. Ia juga berpartisipasi dalam beragam peperangan, mulai Perang Uhud hingga Perang Badar.

Dia mendapatkan 21 luka pada Perang uhud. Ada luka yang menyebabkan kakinya pincang serta dua gigi serinya tanggal. Kontribusinya dalam menegakkan agama Allah memang amat total. Maka, tak heran bila namanya menjadi salah satu dari 10 orang yang dijanjikan surga.

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda, "Sepuluh orang di surga: Abu Bakar di surga, Umar di surga, Ali, Uts man, Az Zubair, Thalhah, Abdurrahman bin Auf, Abu Ubaydah bin Al Jaraah, dan Sa'ad bin Abi Waqqash." Lalu, para sahabat bertanya, "Demi Allah, siapakah yang kesepuluh?" Rasulullah menjawab, "Abu Al A'war di surga."

Ketika akan wafat, Abdurrahman menangis. Tangisannya bukan karena takut menghadapi kematian, melainkan karena ia wafat dalam keadaan kaya harta. "Sesungguhnya, Mush'ab bin Umair lebih baik dariku. Ia meninggal di masa Rasulullah dan ia tidak memiliki apa pun untuk dikafani.

Hamzah bin Abdul Muthalib juga lebih baik dariku. Kami tidak mendapatkan kafan untuknya. Sesungguhnya, aku takut bila aku menjadi seseorang yang dipercepat kebaikannya di kehidupan dunia. Aku takut ditahan dari sahabatsahabatku karena banyak hartaku," tutur Abdurrahman.

Sahabat Nabi ini wafat di Madinah pada 31 Hijriyah, ada pula yang mengatakan pada 32 Hijriyah. Ketika itu, usianya 75 tahun, tapi ada juga yang menyebutkan 72 tahun. Pada riwayat lain disebutkan 78 tahun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement