REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat Ramadhan, sepanjang Jalan Sabang, Menteng, Jakarta Pusat, akan dipenuhi dengan pedagang takjil. Para pedagang mulai berjualan sejak pukul 15.00 hingga berakhir sebelum waktu isya.
Lapak Hajjah Mumun contohnya, lapak takjil yang sudah dirintis sejak 1898 tak pernah sepi saat menjelang buka. "Mulai ramai jam 3 sampai jam 5. Setelah orang-orang pulang kantor lah," kata Dian (43), anak pemilik lapak Hajjah Mumun.
Lapak Hj. Mumun menyediakan berbagai macam hidangan takjil, seperti, mi bihun yang dijual dengan harga Rp 5 ribu, gorengan yang dijual dengan harga Rp 2 ribu, serta lontong dengan harga Rp 2 ribu.
Selain itu, lapak Hajjah Mumun menyediakan berbagai jenis kolak betawi. Mulai dari kolak biji salak, kolak kolang kaling, kolak pacar cina, kolak singkong. Semuanya dijual dengan harga Rp 10 ribu.
Selanjutnya, kawasan Jalan Sabang juga menyediakan berbagai macam jajanan pasar dan kue tradisional. Indra (36) salah satu pedagang kue tradisional menawarkan onde-onde dengan harga Rp 2.500, kue tradisional lain seharga Rp 2 ribu, serta paket serabi seharga Rp 7 ribu.
"Ya rata-rata kita berjualan sampai H-2 atau H-3 Lebaran, soalnya pada balik. Jadi yang mau berkunjung ke Jalan Sabang bisa dari sekarang," tutur Indra.
Jika ingin mencari takjil yang segar dan dingin. Salah satu penjualnya adalah Pur (38). Selain berjualan gorengan dan lontong. Pur juga berjualan es kelapa muda seharga Rp 8 ribu dan es campur seharga Rp 10 ribu. "Ini gulanya gula murni, bukan sakarin," kata Pur meyakinkan pembeli.
Para pengunjung Jalan Sabang cukup senang dengan adanya pedagang takjil. Pasalnya mereka dimudahkan untuk mencari hidangan berbuka. "Enak mau cari apa saja ada, udah gitu harganya cukup terjangkau antara Rp 5-10 ribu," kata seorang pengunjung Jalan Sabang, Fahmi (23).
Setelah usai membeli takjil di Jalan Sabang. Para pengunjung tak perlu repot mencari masjid untuk menunaikan shalat magrib. Di dekat Jalan Sabang terdapat Masjid Al-Hikmah Sarinah, tepatnya di sebelah utara gedung Djakarta Theatre.