Jumat 10 May 2019 20:02 WIB

Pakistan Ikut Pantau Ketegangan Antara AS dan Iran

Ketegangan AS dan Iran sebab Amerika tarik diri dari penjajian nuklir.

Rep: Puti Almas/ Red: Nashih Nashrullah
Bendera Pakistan.
Foto: EPA
Bendera Pakistan.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD — Kementerian Luar Negeri Pakistan mengatakan negara itu akan mengawasi dengan cermat ketegangan di Timur Tengah yang dipicu oleh Amerika Serikat (AS) dan Iran. 

Seperti diketahui, AS telah mengerahkan kapal induk, pembom, dan pasukan penyerang ke kawasan tersebut dengan alasan adanya indikasi ancaman Iran. 

Baca Juga

“Kami terus memantau situasi yang terjadi dan akan memberi informasi kepada Anda,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan Mohammad Faisal dalam sebuah konferensi pers dilansir kantor berita IRNA, Jumat (10/5). 

Iran dan Pakistan sebelumnya memberi pernyataan bersama tentang diperlukannya implementasi yang cepat dan lengkap dari rencana Aksi Komprehensif Bersama atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) dengan negara-negara lain yang terlibat. Termasuk dengan mempertimbangkan bahwa Iran telah mematuhi ketentuan-ketentuan di dalamnya.  

Ketegangan antara Iran dan AS meningkat setelah Negeri Paman Sam pada tahun lalu memutuskan untuk menarik diri dari Kesepakatan Nuklir 2015 yang dibuat Iran bersama dengan enam negara dalam Dewan Keamanan PBB. Tak hanya itu, AS kemudian memberikan dengan sejumlah sanksi yang menekan Iran.  

Mulai dari larangan ekspor minyak, termasuk individu dan para pembeli utama sumber daya negara yang termasuk sebagai produsen keempat terbesar OPEC itu. 

AS mengaku belum sepenuhnya merasa aman dari kemungkinan bahaya dalam kesepakatan nukilr Iran 2015 yang didasarkan dalam JCPOA dengan negara-negara Eropa.  

Hal itu di antaranya adalah karena menurut AS tidak dibahas adanya kekhawatiran dunia mengenai kegiatan non-nuklir Iran. Selain itu, tidak dimungkinkannya  AS dan negara lain yang terlibat dalam perjanjian dapat menghukum Iran atas adanya kemungkinan terjadinya hal itu. 

Dengan tekanan yang terus meningkat dari AS pada awal pekan ini melalui tindakan militer, Iran pada Rabu (8/5) lalu juga memutuskan untuk menangguhkan beberapa kesepakatan dalam Perjanjian Nuklir 2015. 

Dalam sebuah pernyataan, Presiden Iran Hassan Rouhani, juga mengatakan Teheran akan tetap memiliki kelebihan uranium yang diperkaya. Negara itu tidak akan menjualnya, seperti yang diminta dalam perjanjian nuklir tersebut. 

Sejumlah pengamat telah mengatakan AS harus berhati-hati agar tidak membuat situasi Iran seperti Irak. Di era mantan presiden George W Bush, AS melakukan invasi di Irak dengan alasan mengutip infomasi intelijen bahwa mantan presiden Irak Saddam Hussein memiliki hubungan dengan Alqaeda dan secara diam-diam negaranya mengembangkan senjata nuklir, kimia, dan biologi. Namun, kedua tuduhan tersebut terbukti salah.

 

 

Puti Almas

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement