Jumat 10 May 2019 23:54 WIB

Warga Bersihkan Batu Bara yang Kotori Pantai Sukabumi

Warga bergotong royong membersihkan batu bara yang kotori Pantai Selatan Sukabumi

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Bongkahan batu bara berserakan di pinggiran Pantai Cipatuguran, Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi Jumat (10/5). Batu bara itu berasal dari kapal tongkang yang bertabrakan dan terdampar beberapa waktu lalu.
Foto: Republika/Riga Nurul Iman
Bongkahan batu bara berserakan di pinggiran Pantai Cipatuguran, Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi Jumat (10/5). Batu bara itu berasal dari kapal tongkang yang bertabrakan dan terdampar beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Keberadaan batu bara yang berserakan di pinggir pantai selatan Kabupaten Sukabumi mendapat respon dari warga Palabuhanratu. Mereka bergotongroyong membersihkan batu bara yang bertebaran di Pantai Cipatuguran, Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu Jumat (10/5) sore.

Sebelumnya, bongkahan batu bara menumpuk di Pantai Cipatuguran sejak beberapa hari terakhir. Batu bara tersebut berasal dari kapal tongkang yang terdampar karena sebelumnya bertabrakan.

"Intinya masyarakat Palabuhanratu ikut aksi kepedulian terhadap lingkungan," ujar Koordinator Aksi Peduli Lingkungan, Moch Haetami Zein atau sering dipanggil Tomy kepada wartawan Jumat sore. Sebabnya hampir dua pekan pihak yang berkaitan dalam masalah tersebut belum menyelesaikan masalah batu bara yang berserakan di pinggir Pantai Cipatuguran.

Sehingga lanjut Tomy, warga dan aktivias lingkungan berinisiatif untuk mengambil batu bara di Cipatuguran. Di mana warga dengan menggunakan sarung tangan dan masker mengambil batu bara yang dimasukkan ke dalam karung.

Tomy menerangkan, aksi peduli lingkungan ini perlu segera dilakukan karena dampak lingkungan dari keberadaan batu bara. Selain itu dari aspek keindahan kurang menarik apalagi Palabuhanratu masuk zonasi wisata.

Terlebih ungkap Tomy, batu bara termasuk bahan berbahaya karena termasuk limbah B3 apabila ada di ruang terbuka. Di samping itu bila ada di perairan laut akan terus menganggu ekosistem laut.

Rencananya lanjut Tomy, batu bara yang terkumpul akan diseraheterimakan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sukabumi. Upaya ini sebagai desakan kepada pemerintah untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut karena batu bara tidak bisa sembarangan membuangnya.

Tomy menerangkan, batu bara bersifat bahaya apabila di lautan karena ketika tergerus oleh ombak akan menjadi mikro partikel. Selanjutnya kandungan batu bara akan masuk jaringan tumbuhan laut dan ikan atau makhluk hidup di laut yang berdampak pada kesehatan dan ekosistem laut.

Sementara itu DLH Kabupaten Sukabumi, pengelola kapal tongkang dan PLTU Palabuhanratu belum memberikan konfirmasi mengenai penanganan batu bara yang berserakan di pinggir Pantai Cipatuguran. 

Salah seorang warga Kampung Cipatuguran, Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu, Ujang Dadan (40 tahun) menambahkan, kapal tongkang terdampar ke pantai sekitar tiga minggu lalu. Peristiwa itu terjadi karena kapal tongkang bersandar terlalu ke pinggir pantai.

Terdamparnya kapal tongkang pengangkut batu bara ini bukan kali ini saja terjadi. Namun kejadian saat ini merupakan yang terparah dibandingkan sebelumnya.

Seharusnya kata Dadan, sesuai aturan kapal tongkang bersandar sekitar tiga mil dari bibir pantai. Selain itu pada saat kejadian tengah dilanda ombak besar sehingga kapal terdampar.

Namun kata Dadan, tidak semua batu bara tumpah ke lautan karena masih ada sebagian di dalam tongkang. Sementara sebagian lainnya berserakan di pinggir pantai dan masuk ke dalam lautan.

"Peristiwa ini sangat jelas berdampak karena ikan-ikan menjauh karena laut kotor dan airnya membuat gatal," ujar Dadan yang berprofesi sebagai nelayan. Sehingga pihaknya meminta pemilik atau pengelola kapal tongkang untuk bertanggungjawab.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement