Sabtu 11 May 2019 08:42 WIB

Ramadhan di Gaza Palestina Antara Konflik dan Rawan Pangan

Ramadhan di Gaza Palestina berlangsung di bawah ancaman serangan Israel.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nur Aini
Suasana malam Ramadhan di Jalur Gaza, Palestina.
Foto: Dok MER-C Cabang Gaza
Suasana malam Ramadhan di Jalur Gaza, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tanah yang sedang dirundung konflik, Gaza, warga Palestina tumpah ruah di jalan menjelang Ramadhan, akhir pekan lalu. Pasar ramai dengan calon pembeli juga ada kehangatan di tengah keluarga.

Hasan, salah satu warga Gaza yang berbahagia karena Ramadhan tiba. Ia mengatakan, Ramadhan merupakan bulan yang paling dinanti, baik anak kecil hingga orang dewasa.

Baca Juga

Mereka menggantungkan harapan. Memanjatkan doa untuk keselamatan. “Ramadhan merupakan bulan yang suci, juga bahagia bagi semua orang di Gaza,” ujar Hasan, dikutip dari situs resmi Aksi Cepat Tanggap, Sabtu (11/5).

Namun, meriahnya Ramadhan berubah saat serangan Israel diluncurkan tepat beberapa hari sebelum bulan suci tiba. Pada Sabtu (4/5), Israel meluncurkan serangan udara ke Gaza dan menimbulkan banyak korban.

Sebanyak 300 apartemen dilaporkan hancur. Selain itu, tercatat 28 orang meninggal dunia, dan kurang lebih 200 orang mengalami cedera.

Serangan itu melukai kebahagiaan menjelang Ramadhan, bahkan hingga Ramadhan berlangsung seperti sekarang ini. Blokade Israel semakin ketat pascaserangan, membuat berbagai kebutuhan selama Ramadhan hingga menjelang Idul Fitri nanti sulit didapat.

Berdasarkan penuturan Hasan, serangan Israel berlangsung saat rumahnya penuh dengan anak-anak. Mereka berkumpul karena menjelang Ramadhan, namun tak lama serangan itu datang dan menghancurkan rumah. Beruntung anak-anak dapat dievakuasi dengan segera.

“Serangan pertama menyasar permukiman sedangkan yang kedua mengenai mobil-mobil di jalan,” kata Hasan.

Kini, blokade yang dilakukan Israel sejak 2007 silam semakin ketat. Perbatasan darat dijaga, udara, dan wilayah perairan Gaza juga semakin terdesak dengan adanya kendaraan perang Israel yang kian mendekat.

Walau kondisi sedang tak bersahabat, ACT sejak hari pertama Ramadhan lalu hingga akhir nanti akan terus memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Palestina.

Salah seorang tim dari Global Humanity Response (GHR) - ACT, Andi Noor Faradiba mengatakan selama Ramadhan, akan ada paket makanan siap santap yang dibagikan setiap sahur dan berbuka puasa.

Sajian menu sarat gizi seperti roti yang menjadi makanan pokok di Gaza, serta makanan pendamping lain seperti buah, keju, dan susu. Sebanyak 500 paket makanan siap santap dibagikan tiap sahur dan berbuka.

"Masyarakat prasejahtera dan lansia menjadi target utama. Paket ini akan diberikan selama Ramadhan,” ujarnya.

Hari pertama Ramadhan, tim ACT yang berada di Gaza ikut dalam suasana sahur di salah satu keluarga yang tinggal di Negeri Syam itu. Kehangatan terasa walau kegelapan membalut persiapan puasa pagi itu. Tak ada listrik yang mengalir, membuat gelap menjadi hal yang wajar di Gaza.

Selain masalah listrik, air juga kini dinyatakan tercemar dan tak layak minum. Tingkat pengangguran yang tinggi juga menjadi penambah permasalahan. Diperkirakan lebih dari setengah penduduk Gaza tak memiliki pekerjaan dan berada di bawah garis kemiskinan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement